Ratusan Sastrawan Ikuti Festival Sastra Yogyakarta (JOGLITFEST)

Acara libatkan pelajar dan mahasiswa

Kota Yogyakarta, IDN Times- Sebanyak 109 sastrawan dari dalam dan luar negeri ambil bagian dalam ajang  Festival Sastra Yogyakarta (JOGLITFEST).

Kegiatan hasil kerja sama Dinas Kebudayaan DIY dengan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, sastrawan, pegiat sastra, akademisi, komunitas, dan penerbit itu secara resmi di-soft launching pada Senin (2/9). 

Menurut Ketua Umum JOGLITFEST Suharmono Arimba, kegiatan tersebut baru pertama kali digelar. “Ada 109 peserta aktif yang kami undang. Terdiri dari sembilan peserta dari luar negeri, 50 orang dari luar Yogyakarta, dan 50 peserta DIY dari Jurusan Sastra Indonesia dan Jawa. Tapi, selain peserta aktif, kami juga melibatkan pelajar dan mahasiswa di acara-acara tertentu seperti lokakarya atau bincang sastra," katanya.

1. Menyentuh semua elemen

Ratusan Sastrawan Ikuti Festival Sastra Yogyakarta (JOGLITFEST)IDN Times/Nindias Khalika

Suharmono menjelaskan bahwa peserta aktif yang ia maksud adalah mereka yang tampil pada puncak kegiatan pada tanggal 27 hingga 30 September.

Di hari itu, berbagai macam acara di antaranya pameran buku, lokakarya, ceramah literasi, seminar sastra generasi millennial, pemutaran film, dan panggung pembacaan sastra bakal diadakan.

"Jadi ini kami usahakan untuk menyentuh semua elemen di Yogyakarta yang berkaitan dengan sastra," ujarnya.

Sebelum itu, dari tanggal 3 September, JOGLITFEST juga menyelenggarakan acara lain seperti pustaka juga dongeng keliling, lokakarya penulisan, pameran rupa sastra, dan panggung pertunjukan.

Pesertanya adalah mahasiswa, pelajar, anak-anak, serta masyarakat umum. Jadwal lengkap JOGLITFET bisa dilihat di https://joglitfest.com/agenda/

Baca Juga: Kampung Buku Jogja 2019 Dibuka, Kokohkan Eksistensi Penerbit Indie

2. Usaha menjawab persoalan sastra di Yogyakarta

Menurut Suharmono, perhelatan JOGLITFEST tahun ini bertujuan menjawab beberapa persoalan sastra di Yogyakarta.

"Misalnya, teman-teman sastra Jawa gak mau kumpul dengan sastra Indonesia. Begitu juga sebaliknya. Di dalam festival ini kami pertemukan. Kemudian, masalah regenerasi. Lalu, kegiatan sastra itu banyak di Jogja tapi diselenggarakan sendiri-sendiri. Tidak pernah terhubung. Selama ini sastra seperti jalan sendiri bahkan seperti melawan pemerintah. Sastra ini tanggung jawab pemerintah juga kok," jelasnya.

3. Yogyakarta sebagai lumbung sastra

Ade Tanesia selaku kurator Indonesiana mengatakan Yogyakarta merupakan salah satu lumbung sastra di mana sastra, baik Indonesia maupun Jawa tumbuh. Indonesiana adalah platform pengelolaan terpadu festival atau kegiatan budaya yang diselenggarakan Pemda dan didukung Pemerintah Pusat buatan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI.

"Jadi sastra di Jogja sudah lama sejarahnya. Dan ekosistemnya kuat. Pelaku dan karyanya banyak. Peneliti ada," terangnya.

Oleh karena itu, katanya, pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap objek kebudayaan tersebut, apalagi jika ia telah ada dalam waktu lama.

"Bukan karena sudah banyak yang melakukan lalu mau ikut-ikutan, tidak. Dan penting sekali semua itu dikonsolidasikan jadi satu festival yang rutin. Jadi kita bisa membaca perkembangan sastra di Jogja,"  jelasnya.

Baca Juga: [VIRAL] Sampah Plastik Terbang hingga ke Rumah Warga

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya