Peringatan 15 Tahun Gempa Bumi, 57 Detik Guncang Yogyakarta 

Sri Sultan berpesan warga selalu waspada dan kuat

Yogyakarta, IDN Times - Setiap tanggal 27 Mei, warga Yogyakarta pasti akan teringat peristiwa bencana gempa bumi 2006 yang terjadi 15 tahun lalu. Hanya dalam waktu 57 detik, sebanyak 4 ribu orang meninggal dunia. 

Gubernur DIY, Sri Sultan HB X dalam peringatan 15 tahun gempa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan pada saat itu, masa recovery penduduk di Yogyakarta pasca gempa bumi terhitung cepat dibanding daerah lain yang mengalami bencana serupa.

"Pada setiap masa sulit, hindari sikap egosentris. Hilangkan ke-aku-an. Kita butuh batu kerikil agar berhati-hati; butuh semak berduri agar waspada dan butuh masalah agar punya kekuatan serta butuh pengorbanan agar tahu cara bekerja keras serta butuh melihat yang lain agar tahu kita tak sendiri", ujar Sri Sultan HB X hari ini, Kamis (27/5/2021). 

Kepada IDN Times, seorang warga Dusun Potrobayan, Desa Srihardono, Bantul, Sayudi menceritakan detik-detik kejadian yang dialaminya sesaat sebelum terjadi gempa. 

 

Peringatan 15 Tahun Gempa Bumi, 57 Detik Guncang Yogyakarta IDN Times

1. Ribuan rumah rata dengan tanah

Peringatan 15 Tahun Gempa Bumi, 57 Detik Guncang Yogyakarta Gempa Jogja 2006 (ciptakarya.pu.go.id)

Tanggal 27 Mei 2006 pukul 05.50. Sayudi masih tertidur pulas bersama anak laki-lakinya di kamar belakang. Sementara itu, sang istri sudah bangun lebih dulu karena mesti memasak di dapur.

Pagi itu, semuanya berjalan seperti biasa. Tapi, getaran yang kuat dirasakan Sayudi. Sadar terjadi gempa, ia langsung terjaga, membangunkan putranya, lalu lari ke luar rumah. Akhirnya berhasil menyelamatkan diri. Namun rumah yang mereka tempati di bagian depan, belakang, dan samping roboh karena gempa. 

Hal yang sama juga menimpa rumah tetangganya. Rumah 200 KK di dusunnya, sebagian besar rusak berat dan rata dengan tanah.  

Sayudi lantas teringat kedua orang tuanya yang tinggal sendiri di rumah tak jauh dari tempat tinggalnya. 

“Syukur keduanya tidak apa-apa. Mereka selamat,” terangnya.

2. Isu tsunami sempat mengagetkan warga

Peringatan 15 Tahun Gempa Bumi, 57 Detik Guncang Yogyakarta Ilustrasi gelombang tsunami. (IDN Times/Sukma Shakti)

Karena banyak rumah yang roboh, Sayudi kemudian membuat tempat pengungsian di Kantor Kebun Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) yang terletak di pintu masuk dusun. Warga yang sakit juga dibawa ke sana agar bisa segera diantar ke rumah sakit.

Selesai dengan pendirian lokasi pengungsian, Sayudi lalu mencari dan menggali tanah untuk makam korban jiwa bersama warga lain. Ada 13 orang yang meninggal di sana karena gempa bumi.

Selain panik karena gempa, Sayudi melihat sebagian orang di Dusun Potrobayan juga khawatir bakal ada tsunami. Mereka lalu memutuskan untuk pergi ke daerah lebih tinggi di wilayah utara, yaitu di Kabupaten Sleman.

Desas-desus tersebut didengar setelah tiga jam gempa terjadi. Tapi, Sayudi tidak pergi. Menurutnya, jika tsunami muncul maka aliran air di Sungai Opak di sebelah dukuh pasti berubah. Kala itu ia tidak melihat ada perubahan apapun.

Baca Juga: Meningkat, Sudah 3.315 Gempa Bumi Guncang Indonesia Selama 2021

3. Gempa bumi dengan kekuatan 5,9 skala Richter mengguncang Yogyakarta

Peringatan 15 Tahun Gempa Bumi, 57 Detik Guncang Yogyakarta Selembar foto pasca gempa Yogyakarta 2006 disandingkan dengan keadaan masa kini. Twitter.com/riandoed

Berdasarkan keterangan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto, gempa berkekuatan 5.9 Skala Richter melanda Yogyakarta pukul 05.59 pada tanggal 27 Mei 2006.

Dwi Daryanto mengatakan saat itu BPBD Bantul belum terbentuk. Sebagai gantinya, tim bernama satuan pelaksana bertugas menangani bencana di level kabupaten dengan Bupati Bantul sebagai komandonya.

“Waktu itu justru yang kami siapkan terkait antisipasi Gunung Merapi yang sedang aktif-aktifnya mengeluarkan awan panas. Terkait gempa kami sama sekali tidak ada persiapan. Tidak ada antisipasi,” katanya.

https://www.youtube.com/embed/UXfh_MMP5V4

4. Ribuan korban meninggal, ratusan ribu bangunan rusak

Peringatan 15 Tahun Gempa Bumi, 57 Detik Guncang Yogyakarta ciptakarya.pu.go.id/

Dwi Daryanto mengira gempa tanggal 27 Mei 2006 itu adalah gempa yang disebabkan oleh Gunung Merapi. Apalagi kerusakan bangunan di sekitar lingkungan tempat ia tinggal tidak parah.

Tapi, pikirannya berubah ketika ia melihat banyak warga yang terluka saat dirinya mengantarkan anaknya ke sekolah. Dwi Daryanto lantas memutuskan kembali lagi ke rumah kemudian segera menuju ke rumah dinas Bupati.

“Ternyata di rumah sakit sudah sedemikian banyak korban meninggal dan sakit. Di sana overload. Karena memang tidak dipersiapkan sebelumnya,” ujarnya.

Dwi Daryanto mengatakan gempa bumi Yogyakarta pada 27 Mei 2006 menyebabkan lebih dari 4.000 orang meninggal dunia. Selain itu, jumlah bangunan yang rusak ringan, sedang, hingga berat tak kurang dari 150 ribu hanya dalam waktu 57 detik. 

5. Tak mampu redam isu tsunami

Peringatan 15 Tahun Gempa Bumi, 57 Detik Guncang Yogyakarta ciptakarya.pu.go.id/

Selain perkara pengurangan resiko bencana, pemerintah daerah kala itu gagal memberikan pemahaman pada warga saat isu tsunami merebak. Desas-desus tersebut muncul tiga jam setelah gempa terjadi. Padahal, Dwi Daryanti mengatakan bencana itu muncul paling lama satu jam dari waktu gempa berlangsung.

“Kalau waktu itu kami paham tsunami paling lama satu jam setelah kejadian gempa saya kira masyarakat tidak panik. Waktu itu kita lihat di media televisi kan kejadian Aceh jadi warga takut sehingga menjadi agak kacau,” tuturnya.

6. Warga Sleman mengira gempa disebabkan Gunung Merapi

Peringatan 15 Tahun Gempa Bumi, 57 Detik Guncang Yogyakarta Gunung Merapi terlihat dari kawasan Candi Plaosan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Gempa tak hanya terjadi Kabupaten Bantul saja. Warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi atau puluhan kilometer dari episentrum gempa bumi 2006, juga merasakannya.  Salah satunya adalah Haryono, yang tinggal di Desa Pakembinangun, Sleman. 

“Gempa terjadi saat saya sedang di luar, dekat pintu rumah dan sedang menyapu halaman. Saya lalu membangunkan kedua anak saya. Semua langsung keluar begitu gempa terjadi,” katanya.

Haryono mendapati rumahnya retak di satu-dua tempat. Tapi, ia bersyukur tidak ada kerusakan yang parah. Namun ia masih mengira terjadinya gempa disebabkan dari Gunung Merapi.  

7. Warga memadati Jalan raya Kaliurang

Peringatan 15 Tahun Gempa Bumi, 57 Detik Guncang Yogyakarta Instagram.com/dhian_hardjodisastro

Sesaat terjadi gempa, kemacetan terjadi di Jalan Kaliurang km 19,5. Haryono yang terpancing oleh suara ramai di jalan raya lantas ke luar rumah. Ia melihat banyak orang memarkirkan kendaraan di depan swalayan tak jauh dari tempat tinggalnya.

Selama berada di depan swalayan, Haryono melihat orang kebingungan mencari keluarganya karena mereka tidak bersama-sama saat menyelamatkan diri. Ia juga menyaksikan ada ibu yang menangis di tepi jalan bersama anaknya.

Suasana seperti di atas bertahan hingga pukul 11 siang. Selepas itu, mereka membubarkan diri dan kemacetan perlahan terurai.

"Setelah itu saya kembali menjalani aktivitas seperti biasa. Turun ke arah Jalan Kaliurang untuk bekerja hingga sore hari," ujarnya.  

https://www.youtube.com/embed/-KzYJzdGZk0

Baca Juga: Begini Cara Melindungi Diri dari Ancaman Gempa Bumi

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya