Hasil kerajinan Wiroto Craft. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Wawang pun melihat peluang barang-barang bekas yang tidak terpakai, dari tukang rongsok disulap menjadi berbagai suvenir.
"Modal awal itu sekitar Rp10 juta. Itu buat beli peralatan, dan bikin miniatur sampel. Pertama buat minaitur sepeda, terus coba buat berbagai suvenir lainnya," ujar Wawang.
Wawang menyebut pasar suvenir yang ia buat justru untuk Malaysia, setelah itu mencoba menangkap pasar lokal yang dinilai mempunyai pangsa pasar yang besar. Mulai dari toko oleh-oleh hingga kerja sama dengan berbagai perusahaan menjadi pasar kerajinan yang ia buat. "Ekspor kadang-kadang masih, tapi market kita 70 persen domestik," jelas Wawang.
Berbagai suvenir telah dibuat oleh Wawang di Wiroto Craft berupa miniatur sepeda, topeng, wayang, dan berbagai kerajinan lainnya. Harga satuan dari suvenir yang dibuat dari kisaran Rp75 ribu hingga Rp1,2 juta.
Setelah 26 tahun berjalan, Wawang memiliki belasan pekerja dan bekerja sama dengan berbagai vendor untuk mendukung usahanya. Biasanya Wawang membuat souvenirnya dalam jumlah yang besar.
"Kadang-kadang bisa 3 ribu pieces. Kalau omzet setelah dibina Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sekitar Rp300 juta - Rp400 juta per bulan, sebelumnya sekitar Rp200 juta - Rp300 juta. Jadi ada peningkatan," ucap Wawang yang merupakan salah satu mitra binaan YDBA.
Wawang menyebut sekitar 10 tahun terakhir menjadi mitra binaan YDBA, berbagai edukasi hingga dukungan pun diterimanya, mulai dari teknis manajemen pemasaran, hingga dukungan untuk gelaran pameran.
Ia juga memberi saran untuk orang yang memulai usaha kerajinan, mulai dari menjaga semangat, hingga melek informasi menjadi hal yang penting. "Jadi harus bisa mengikiuti perkembangan, larinya kemana harus ikut. Terakhir harus inovasi produk, biar pasar gak gitu-gitu saja," kata Wawang.