Tak ada yang tahu kapan tepatnya pandemik berujung. WRC bersiap dengan segala kemungkinan terburuk.
Reza berkata, pihaknya telah berkomunikasi dengan BKSDA dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kalau-kalau WRC harus berhenti beroperasi. Sehingga kegiatan konservasi bisa dikembalikan ke pemerintah.
Tapi, api semangat Reza dan jawatannya tak pernah padam. Ada komitmen tetap bisa melepasliakarkan satwa liar ke habitatnya. Kegiatan penggalangan dana jalan terus, sembari berharap akan kepedulian orang-orang di sana terhadap satwa liar.
"Kita berusaha cash flow jangan sampai tidak ada, walaupun di-press seperti apa, kami tetap bertanggungjawab karena satwa ini dilindungi, milik negara dan kita harus mengembalikan kepda negara nantinya dengan cara melepasliarkan," imbuhnya.
Bukan bualan belaka, sepanjang 2020 kemarin walaupun dihantam pandemik, WRC sukses melepasliarkan 17-20 satwa liar ke habitatnya. Meliputi lima ekor buaya ke Way Kambas dan beberapa elang dan merak hijau ke Taman Nasional Baluran.
"Setiap satwa memiliki kondisi yang berbeda saat datang ke WRC. Bisa kondisi psikis stres, cacat, dan rehabilitasi ada yang bisa sampai puluhan tahun," terang Reza.
Beberapa yang masih dalam proses rehabilitasi antara lain orangutan, owa Sumatera, kera ekor panjang; unggas, seperti elang, kakak tua, nuri bayan, kasuari Papua; lalu reptil macam buaya, kura-kura byuku; serta mamalia layaknya beruang madu dan binturong.
Mayoritas satwa liar dulunya adalah hasil sitaan oleh BKSDA. Tak semua bisa dilepasliarkan tergantung kondisinya. Misal mereka yang mengalami trauma, usia terlalu tua, atau terlalu bergantung pada manusia bakalan tak mudah rehabilitasinya. Memaksakan kehendak hanya akan membunuh mereka nantinya.
"Ada orangutan yang dulu disita BKSDA dari rumah makan. Makannya cuma nasi sama kecap. Ada juga yang warga melihara dari kecil, sudah besar makannya banyak, susah ngerawatnya lalu dikasih ke kita. Jengkel saya karena setelah itu mereka biasanya cari yang bayi lagi," bebernya.
Seluruh jajaran WRC tak terkecuali Reza ingin giat konservasi ini langgeng. Harapannya yang terdekat adalah pemerintah segera membuka kembali pintu imigrasi. Dan paling utama adalah berakhirnya pandemik COVID-19.
"Kemarin sejak ada blow up dari media ya ada angin segar lagi. Ada bantuan yang datang lewat Kitabisa, donasi dari luar negeri, dan dari GoFundMe," pungkasnya.