Menilik Kans Industri Kemasan di Indonesia, Mandiri dan Berdaya Saing

- Nilai produksi industri kemasan tembus Rp100 triliun di 2025, naik setiap tahun berkat teknologi canggih dan permintaan produk cepat saji.
- Jogja Printing Expo 2025 di JEC memperkenalkan inovasi dan teknologi terbaru untuk industri kemasan serta peluang bisnis baru.
- Peningkatan nilai produksi juga didorong oleh bisnis percetakan skala kecil-menengah dan PPGI mendorong investasi mesin pengemasan dalam negeri.
Yogyakarta, IDN Times - Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) menyebut nilai produksi industri kemasan menembus angka Rp100 triliun di tahun 2025. Data ini bersumber laporan perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS).
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI), Ahmad Mughira Nurhani, mengungkapkan kemajuan teknologi berdampak pada penurunan omzet industri percetakan dan penerbitan. Namun, kata Mughira, untuk sektor kemasan nilai produksinya terus naik tiap tahunnya.
Sejumlah faktor pendorong utama perkembangan industri kemasan adalah adopsi teknologi pengemasan dan pencetakan yang kian canggih. Selain itu juga makin tingginya permintaan produk yang serba cepat dan siap saji, di mana kemasan memainkan peran vital dalam menjaga kualitas serta keamanan produk.
Teknologi modern di lain sisi memungkinkan produsen menciptakan kemasan yang tidak sebatas berfungsi melindungi, melainkan juga menarik dari segi estetika. "Mulai dari industri rumah tangga yang jualan pakai GoFood, GrabFood, dia kan butuh kemasan, butuh kotak. Kalau jual pisang goreng butuh kotak. Nah, itu berdampak kepada anggota-anggota kami. Sangat bagus. Jadi, buku hilang, majalah hilang, tapi packaging-nya meningkat," kata Mughira usai pembukaan Jogja Printing Expo 2025 di JEC, Rabu (21/5/2025).
Jogja Printing Expo 2025 yang digelar di JEC selama 21-25 Mei menjadi ajang penting bagi para pelaku industri kemasan untuk memperkenalkan inovasi dan teknologi termutakhir. Dalam acara ini, berbagai peluang bisnis baru tercipta, mulai dari kerja sama lintas sektor hingga penerapan teknologi pengemasan yang lebih efisien.
1. Bisnis percetakan skala kecil menengah juga tumbuh

Peningkatan nilai produksi juga tak lepas dari tumbuhnya bisnis percetakan yang melayani skala kecil-menengah. Jasa digital printing di tingkat kecamatan kini mudah ditemui bahkan di luar Pulau Jawa.
"Industri rumahan kalau mesen packaging itu nggak banyak-banyak. 50 (pieces), 100, tapi sering. Dia nggak berani kalau mau punya pabrik-pabrik makanan yang besar yang sekali pesan 100 ribu, 200 ribu. Mereka nggak punya modal. Mereka cetak 50, nah itu pakai mesin digital," urai Mughira.
PPGI dalam hal ini mendorong agar produsen mesin pengemasan dapat melakukan investasi dan transfer teknologi ke dalam negeri. Harapannya, Indonesia tidak hanya menjadi pasar konsumen produk kemasan global, akan tetapi juga sebagai pusat produksi yang mandiri dan berdaya saing tinggi.
"Kelemahan kita satu. Indonesia ini gak punya pabrik mesin-mesin cetak. Nah harapan kita supaya mereka (produsen mesin pengemasan) nggak hanya jualan, tapi bikin pabrik, paling nggak assembling mesinnya di Indonesia lah. Karena salah satu yang kita dorong juga ke Kemenperin adalah bahwa kita ini kan importir besar, tapi kita minta kepada kementerian bahwa packaging-nya itu harus cetak di Indonesia," kata Mughira.
Dengan perkembangan e-commerce dan startup di bidang produk konsumen cepat saji, industri kemasan Indonesia diprediksi akan terus mekar. Kemasan berperan penting dalam memenuhi ekspektasi konsumen modern.
2. Tampilkan berbagai inovasi digital printing

Daud D. Salim, CEO Krista Exhibitions selaku pelaksana gelaran menjelaskan, Jogja Printing Expo 2025 akan menampilkan berbagai inovasi termutakhir di bidang digital printing, mesin cetak skala industri, teknologi finishing, hingga solusi percetakan berkelanjutan.
Pameran ini membawa industri percetakan lebih dekat dengan pelaku kreatif, UMKM, dan pasar potensial di Yogyakarta. Jogja Printing Expo dirancang sebagai wadah untuk menjalin koneksi, berbagi pengetahuan, dan memperkenalkan inovasi teknologi terkini.
"Kami percaya, kolaborasi yang terbangun di Jogja Printing Expo 2025 akan memperkuat daya saing industri percetakan nasional secara berkelanjutan," ungkapnya.
Daud menambahkan pameran diikuti 27 peserta, di antaranya 10 UMKM dari industri percetakan. Target empat hari penyelenggaraan menyedot kehadiran 12 ribu pengunjung.
3. Pameran juga disertai dengan seminar

Daud menambahkan selama pameran berlangsung akan dihelat pula berbagai seminar menarik seperti PPGI yang mengajak peserta menyelami dua topik kunci: 'Prospek Bisnis Industri Berbahan Baku Kertas' dan 'Prospek Bisnis Industri Kemasan', mengulas dinamika rantai pasok serta inovasi produk dalam cetak modern yang terus berkembang," jelas Daud.
Sementara itu, Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) rencananya mengangkat tema 'Peluang dan Tantangan UMKM di Era Artificial Intelligence'.
Menutup rangkaian seminar, Printpack Magazine menyuguhkan wawasan mendalam lewat sesi 'Bringing Smarter Future for Printing Packaging Products'. Isinya, membedah tren dan teknologi cetak kemasan masa depan yang siap bersaing di kancah global. "Seminar dan business matching ini menjadi wadah penting untuk mendukung industri percetakan dan pengemasan yang berkelanjutan dan adaptif," jelasnya.