Insiden pemotongan nisan salib Kotagede, Yogyakarta - IDN Times/Yogie Fadila
Faktor penegakan hukum yang lemah juga menjadi alasan mengapa insiden toleransi terjadi di Yogyakarta.
“Secara umum law enforcement di Yogyakarta lembek. Misal, diskusi dengan Irshad Manji di LKis, mereka datang, obrak-abrik, itu kan sebetulnya ada foto, videonya. Itu kalau polisi mau menangkap gampang sekali,” katanya.
Tak hanya penegakan hukum, Achmad Munjid mengatakan unsur kepemimpinan terkait sikap berpihak terhadap keragaman, toleransi pun tak secara konsisten dilakukan oleh pemimpin, pemuka, dan tokoh masyarakat.
Hal yang sama disampaikan Sosiolog Argo Twikromo. Dirinya menyoroti peran serta negara yang dinilai kurang hadir, dan kebanyakan masyarakat justru memilih sikap diam karena dinilai aman dalam menghadapi peristiwa kekerasan.
Walaupun sikap tersebut merupakan pilihan yang relatif aman, di sisi lain dapat membuka peluang para aktor intoleran untuk mengulang peristiwa yang menimbulkan keharmonisan kehidupan bersama.
"Apalagi karena permainan politik identitas atau “pelintiran kebencian” merupakan strategi yang relatif jauh dari jangkauan aparat negara, jeratan hukum atau kontrol masyarakat yang sebagian besar relatif bersikap diam."