Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Megathrust Laut Selatan Bisa Ciptakan Gelombang Tsunami 22 Meter

ilustrasi tsunami (pixabay.com/rolandmey)
ilustrasi tsunami (pixabay.com/rolandmey)
Intinya sih...
  • Zona aman evakuasi minimal 4 km dari pantai
  • Kabupaten Gunungkidul paling rendah terdampak tsunami megathrust
  • Koordinasi antar stakeholder dalam penanganan bencana sangat penting

Bantul, IDN Times - Hasil kajian dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan bahwa kawasan Laut Selatan Yogyakarta berpotensi mengalami gempa megathrust berkekuatan hingga 8,8 skala richter (SR). Gempa ini bisa memicu tsunami dengan ketinggian gelombang mencapai 18–22 meter. Tiga wilayah yang diperkirakan paling terdampak adalah Kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo.

1. Zona aman sejauh empat kilometer dari bibir pantai

IMG-20250611-WA0024.jpg
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad. (IDN Times/Daruwaskita)

Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, mengatakan bahwa dengan potensi ketinggian gelombang mencapai 18–22 meter, lokasi aman untuk evakuasi warga minimal berjarak empat kilometer dari bibir pantai. Ia juga mengingatkan bahwa kawasan sepanjang aliran sungai termasuk dalam zona merah yang harus dijauhi saat terjadi gempa bumi disusul tsunami.

"Ini yang harus kita sosialisasikan. Jika terjadi tsunami megathrust, maka masyarakat masih punya waktu untuk menyelamatkan diri sekitar 38–40 menit," ucapnya dalam acara Pelatihan Penanggulangan Bencana "Gempa Bumi dan Tsunami 2025" yang digelar Lanal Yogyakarta di Pantai Samas, Kabupaten Bantul, Rabu (12/6/2025).

Noviar menyebut, lokasi evakuasi sementara maupun akhir bisa berupa kantor kalurahan, musala, dan masjid yang berada di zona aman dengan jarak minimal empat kilometer dari garis pantai.

"Ini terus kita sosialisasikan kepada masyarakat, terutama warga yang tinggal di pesisir, sebab merekalah yang paling rawan terdampak tsunami," ucapnya.

2. Kabupaten Gunungkidul paling rendah terdampak tsunami megathrust

ilustrasi pantai di gunungkidul yang masih sepi (unsplash.com/@akewidyastomo)
ilustrasi pantai di gunungkidul yang masih sepi (unsplash.com/@akewidyastomo)

Noviar menjelaskan bahwa berdasarkan kajian potensi tsunami megathrust dengan kekuatan hingga 8,8 SR dan gelombang setinggi 22 meter, wilayah Kabupaten Bantul dan Kulon Progo menjadi daerah paling rawan terdampak. Sementara itu, Kabupaten Gunungkidul dinilai relatif lebih aman karena garis pantainya didominasi tebing-tebing tinggi yang dapat meredam terjangan gelombang.

"Tapi ya ketinggian gelombang tsunami lebih tinggi dari yang diperkirakan maka tidak luput juga dari terjangan gelombang tsunami," ucapnya.

Meski berisiko lebih rendah, Gunungkidul justru tertinggal dalam hal pemasangan alat peringatan dini tsunami. Salah satu kendalanya adalah masih banyak wilayah di Gunungkidul yang belum terjangkau sinyal.

"Untuk Bantul bahkan alat peringatan dini tsunami setiap tanggal 26 dibunyikan untuk memastikan kondisi alat peringatan dini tsunami dalam kondisi baik dan jika ada yang rusak akan ketahuan dan segera dilakukan perbaikan," ucapnya.

3. Koordinasi antar stakeholder dalam penanganan bencana sangat penting

IMG-20250611-WA0025.jpg
Laksamana Pertama, Brigjen TNI (Mar) Werijon .(IDN Times/Daruwaskita)

Sementara itu, Wakil Asisten Potensi Maritim KASAL, Laksamana Pertama Brigjen TNI (Mar) Werijon, mengatakan bahwa kegiatan Pelatihan Penanggulangan Bencana "Gempa Bumi dan Tsunami 2025" yang digelar Lanal Yogyakarta bertujuan untuk mengingatkan kembali bahwa Indonesia berada di wilayah ring of fire yang rawan gempa dan tsunami. Dengan pelatihan ini, diharapkan masyarakat bisa meminimalisir dampak bencana, bahkan jika memungkinkan, mencapai zero accident.

"Kita juga ingin menguji para pelaku di lapangan seperti TNI dan stakeholder lainnya bisa melaksanakan standar operasional prosedur atau SOP hingga menguji jalur-jalur evakuasi yang sudah disiapkan, sehingga begitu kita ingat dan tahu bagaimana untuk menyelematkan diri," ujarnya.

"Kita berdoa itu tidak terjadi (gempa dan tsunami), nah kalau kita sudah ingat 'in mind' maka rakyat kita aman. Nah itu yang paling aman," tambahnya.

Werijon juga menekankan pentingnya sinergi antar pihak. Melalui pelatihan ini, koordinasi antar-stakeholder dapat ditingkatkan sehingga masing-masing pihak mengetahui peran dan tanggung jawabnya jika terjadi bencana.

"Saking meningkatkan koordinasi dan menguji prosedur yang sudah menjadi kesepakatan kita," tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us