Tempat cuci tangan di kawasan Malioboro. IDN Times/Tunggul Damarjati
Tidak selesai sampai di situ. Pemantauan pengunjung oleh Pemkot Yogyakarta berlanjut melalui sistem pendataan melalui barcode.
"Setiap pengunjung akan memindai barcode pada setiap kawasan terus langsung dikirimkan ke server Pemkot Yogya. Sehingga, kita bisa memonitor keberadaan seseorang. Fungsinya jika di suatu kawasan diketemukan kasus COVID-19 kita bisa melacak dan melakukan tracing lebih mudah," terang Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
Usai memindai barcode yang terpasang di beberapa lokasi kunjungan, pengunjung akan diminta mengisi data diri melalui gawai masing-masing.
Metode ini, katanya, sedikit mengadopsi cara penelusuran kasus penyebaran COVID-19 dalam klaster Indogrosir di Sleman dan Yogyakarta. Di mana pengunjung Indogrosir diminta melalukan rapid test berdasarkan bukti kunjungan berupa struk belanja pada tanggal tertentu.
"Dengan sistem barcode kita bisa langsung mengundang yang pada waktu tertentu berada di suatu kawasan. Jadi, lebih memudahkan penelusuran jikalau kita akan melakukan tracing," terang Heroe lagi.
Pertanyaan muncul ketika pengunjung tak memiliki perangkat yang memadai untuk memadai barcode. Heroe mengatakan, saat ini pihaknya masih menyusun bagaimana alternatifnya.
Lebih jauh, Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 ini pun berharap protokol pencegahan penularan corona tadi tak cuma diindahkan para pengunjung. Pedagang kaki lima dan pelaku usaha di Malioboro diminta ikut serta.
Ke depan, Pemkot akan menambah lagi mekanisme lain, seperti bagaimana mencegah kerumunan ketika berada di Malioboro dengan memberikan tanda untuk berdiri dan menjaga jarak fisik. "Harapannya nanti di Malioboro sudah lebih tertib secara protokol baru COVID-19," pungkas Heroe.