Seiring berjalannya waktu, sesuai pengamatan Ken, metode perekrutan anggota kini agaknya telah mengalami transformasi. Ini yang menurutnya wajib diwapadai, karena sebisa mungkin kecurigaan akan manuver kelompok ini tersamar.
Seperti, jika dahulu perekrutan dilakukan di tempat ibadah, semacam masjid atau musala, kini sebaliknya, yakni di tempat umum. "Sekarang mereka ngrekrutnya di mall di cafe, di taman yang orang tidak curiga," bebernya.
Mereka sekarang juga berani menyasar langsung kalangan pelajar. Target paling empuk adalah siswa-siswi yang cukup aktif di sekolahnya. "Saya kemarin di 10 sekolah di Jakarta, biasanya yang menjadi korban ketua osis atau ketua rohis," ucapnya.
Alumni sekolah pun dimanfaatkan kelompok perekrut. Operasi dilancarkan lewat tawaran bimbingan belajar gratis, ajakan outbond, dan lain sebagainya.
Paling sering, caranya adalah mengajak sasaran ke suatu kegiatan menyenangkan di satu tempat. Tapi, sesampainya di lokasi ada rombongan perekrut menanti dan siap meracuni pikiran mereka dengan ideologi radikal.
"Acara satu minggu di Puncak, pulang sudah tidak mau hormat bendera, mengkafirkan gurunya," katanya.