Mahasiswa UNY yang menciptakan cream luka bakar dari daun salam. Dok: istimewa
Sementara itu, Derifasay mengatakan, bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan krim luka bakar ini yakni adeps lanea, akuades, asam stearat, daun salam kering, etanol 95 persen, eter, HCL 37 persen, nipagin, nipasol, paraffin liquidum, triethanolamine, dan virgin coconut oil.
Untuk proses pembuatannya meliputi, daun salam yang sudah disediakan dicuci lalu dikeringkan namun tidak sampai terpapar sinar matahari langsung. Lalu, daun yang kering tersebut kemudian dijadikan bubuk menggunakan grinder dan disimpan dalam wadah tertutup. Setelahnya, serbuk yang sudah ada diekstraksi menggunakan metode maserasi.
"Langkah berikutnya dibuatlah krimnya dengan cara membuat campuran dari fase lemak dan fase air. Fase lemak terdiri dari asam stearat, paraffin liquid, virgin coconut oil, dan adeps lanae masing-masing sebanyak 181,25 gr, 62,5 ml, 250 ml dan 37,5 gr dan dicampurkan ke dalam beaker glass. Kemudian memanaskan beaker ke dalam water bath dengan suhu 600C -700C hingga semua bahan menjadi leleh atau lebur," paparnya.
Untuk fase air sendiri diawali dengan menuangkan aquadest sebanyak 250 ml ke dalam dalam beaker glass, kemudian menambahkan triethanolamine sebanyak 3,75 ml kemudian campuran bahan dipanaskan dengan water bath pada suhu 600C -700C.
"Campurkan secara perlahan fase air ke dalam fase minyak secara perlahan, kemudian tambahkan nipasol dan nipagin lalu diaduk hingga homogen. Basic cream tersebut kemudian dicampurkan dengan ekstrak daun salam," katanya.
Menurut Derifasay, dari hasil uji coba di laboratorium diketahui hasil paling efektif untuk mengobati luka bakar adalah pada krim dengan konsentrasi ekstrak daun salam tertinggi yaitu 15 persen.