Ilustrasi borgol. Dok. IDN Times
Zaenur melihat justru upaya pencegahan terbaik adalah dengan penindakan untuk situasi negara seperti Indonesia yang masih sangat korup ini. "Saya katakan korup ya indeks persepsi korupsi Indonesia itu kan sangat rendah, 34 per 100 jadi ya menurut saya pernyataan pak Luhut itu menunjukkan betapa naifnya pejabat kita yang kesulitan untuk mengakui bahwa korupsi sangat akut dan perubahan-perubahan itu sangat sulit terjadi," ungkapnya.
Ditegaskannya, perubahan mungkin bisa dilakukan jika ada shock therapy melalui penindakan, setelah itu diikuti dengan upaya perbaikan sistem. Kalau hanya perbaikan sistem semata tanpa ada satu trigger apapun, dilihatnya upaya-upaya seperti itu sangat lambat hasilnya, karena memang banyak program-program yang dilakukan itu sekadar seremonial belaka atau sekadar bahkan pencitraan, seakan-akan ada reformasi, perbaikan ada upaya-upaya pencegahan korupsi padalah sebenarnya tidak terjadi seperti itu.
"Lebih lagi itu terjadi, sudah banyak program-program pencegahan korupsi ya indeks persepsi korupsi kita masih sangat rendah. Jadi ya sekali lagi, penindakan itu merupakan sebuah keniscayaan atas telah terjadinya banyak tindak pidana korupsi dan pencegahan terbaik adalah dengan penindakan ketika ada muncul shock therapy," kata dia.
Selanjutnya perlu diikuti dengan perbaikan sistem. Menurut Zaenur itu lebih menjanjikan adanya perubahan daripada mengabaikan faktor penindakan dengan alasan berfokus pada pencegahan dan perbaikan sistem.