Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Lahirnya Petani Muda Jogja, dari Kekhawatiran Regenerasi Petani hingga Teknologi yang Menghemat Biaya

WhatsApp Image 2025-06-06 at 9.21.54 AM (2).jpeg
Petani Muda Jogja. (Dokumentasi Petani Muda Jogja)
Intinya sih...
  • Kekhawatiran regenerasi petani dan sistem pertanian yang merusak lingkungan memunculkan Petani Muda Jogja
  • Didirikan sebagai ruang belajar pertanian organik bagi anak muda, dengan workshop dan kegiatan lainnya
  • Pentingnya penggunaan teknologi pertanian untuk efisiensi biaya dan model pertanian sehat serta ramah lingkungan

Sleman, IDN Times – Kekhawatiran regenerasi petani hingga sistem pertanian yang tidak berkelanjutan, memunculkan inisiasi sejumlah orang untuk merintis Petani Muda Jogja.

Salah satu Inisator Petani Muda Jogja, M. Habib Syaifullah mengatakan banyak yang memandang pertanian atau menjadi petani belum bisa dikatakan menjamin secara ekonomi.

Ipunk mengungkapkan untuk bisa survive di dunia pertanian memang sangat bergantung dengan jumlah lahan yang dimiliki. ““Akhirnya dari masyarakat, terutama orang tua anak muda itu masih merasa ragu terjun ke pertanian survive secara ekonomi. Kalau 500 meter paling mentok cukup buat makanlah, susah kayaknya kalau metodenya konvensional gitu. Ada kekhawatiran tidak sejahtera,” ujar pria yang akrab disapa Ipunk itu, Kamis (5/6/2025).

Lebih lagi, pertanian saat ini di Indonesia masih banyak yang konvensional, tidak seperti di negara maju. “Negara maju parlente, traktor keren, baju cowboy, teknologi kekinian. Kalau kita kan masih cangkul panas-panasan. Salah satunya juga karena itu mungkin gak terlihat keren,” ujar Ipunk.

1. Regenerasi petani hingga sistem tanam yang merusak lingkungan

WhatsApp Image 2025-06-06 at 9.21.54 AM (3).jpeg
Petani Muda Jogja. (Dokumentasi Petani Muda Jogja)

Berbagai persoalan itu membawa lahirnya Petani Muda Jogja. Ipunk menceritakan awal lahirnya Petani Muda Jogja karena ketidaksengajaan. Ia yang saat itu mewakili Yayasan Bintang Kidul dan memiliki anak-anak dampingan usia 10 – 25 tahun. “Bertemu dengan Agro Mulyo, Pak Wahyu, lalu kita ngobrol dan diskusi tentang dunia pertanian dan isu pangan,” ucap Ipunk.

Berbagai hal menjadi bahasan dalam diskusi tersebut, mulai krisis regenerasi petani, karena banyak anak muda yang enggan menjadi petani. Kemudian diskusi tentang pertanian masa depan, serta bahasan tentang pertanian yang berpotensi merusak lingkungan atau tidak menjamin keberlanjutan.

“Penggunaan pestisida, pupuk kimia berlebihan, krisis petani muda yang mereka jarang bergelut dan terjun ke dunia pertanian. Lalu kita bikin kelas belajar, mulai sekitar satu tahun lalu dengan Anak-anak Yayasan Bintang Kidul, ada sekitar 15-20 orang. Belajar pertanian Agro Mulyo yang sehat dan berkelanjutan,” ungkap Ipunk.

Mereka juga diajak untuk mengenal dari mana sumber makanan berasal. Dari teori hingga praktik diikuti oleh para peserta. “Menanam rosela, cabai, tomat, tanaman sorgum waktu itu. Itu jadi embrio kemudian dinamakan Petani Muda Jogja,” ujar Ipunk.

2.Jadi ruang belajar pertanian organik

WhatsApp Image 2025-06-06 at 9.21.54 AM (1).jpeg
Petani Muda Jogja. (Dokumentasi Petani Muda Jogja)

Ipunk mengungkapkan, dari inisiasi awal itu kemudian berlanjut dibangun ruang belajar sekolah tani organik. Berbagai kegiatan pun diselenggarakan, mulai dari workshop hingga walking tour, yang tujuannya memperkenalkan model pertanian sehat dan ramah lingkungan ke anak muda. “Bikin berbagai aktivasi pertanian ke anak muda,” ucap Ipunk.

Kini, tidak hanya edukasi ke anak-anak Yayasan Bintang Kidul, Petani Muda Jogja juga menjadi wadah yang terbuka untuk setiap orang belajar tentang pertanian organik. “Workshop ini umum, tidak membatasi anak muda, tapi karena kebetulan namanya Petani Muda Jogja, akhirnya yang ikut anak muda,” ungkapnya.

Mereka biasanya mengikuti kegiatan Petani Muda Jogja dalam satu kali musim tanam atau sekitar 3 bulan. Mereka belajar sekali dalam satu minggu. Materi yang diberikan tetap dengan pendekatan pertanian organik.

“Teori dan praktik tetap. Jadi mulai awal mengolah lahan, pembibitan, desain pola tanam juga, perawatan, sampai pasca panen. Jadi materi itu mengikuti siklus tanam. Kemarin juga belajar pengawetan tanaman,” ujar Ipunk.

Ipunk menyebut anak muda yang memiliki latar belakang pendidikan di pertanian, beberapa di antaranya mengikuti kegiatan dari Petani Muda Jogja. Peserta lainnya juga melanjutkan untuk bertani di daerah masing-masing.

3.Perlunya penggunaan teknologi pertanian agar lebih hemat

WhatsApp Image 2025-06-06 at 9.21.54 AM.jpeg
Petani Muda Jogja. (Dokumentasi Petani Muda Jogja)

Ipunk mengatakan, saat ini dunia dihadapkan banyak persoalan terutama perubahan iklim, yang berdampak pada ketersedian pangan. Namun banyak negara yang sudah memberikan perhatian khusus dengan isu energi pangan. Termasuk Indonesia tentang kemandirian pangan. “Jadi peluangnya (pertanian) besar,” ungkap Ipunk.

Ipunk berharap ke depan ada jaminan untuk regenerasi petani, meneruskan dan mendukung ketersediaan pangan. Selain itu perlunya penggunaan teknologi pertanian yang bisa mengefisienkan biaya.

“Terakhir penting untuk diperhatikan melakukan model pertanian yang sehat dan ramah lingkungan. Tidak tergantung pupuk kimia, sintesis,” kata Ipunk.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us