Trihadi menyebutkan, semakin meningkatnya jumlah kasus COVID-19 dan diperluasnya definisi individu yang perlu diperiksa agar mampu menghentikan transmisi penyakit, membuat laboratorium yang ditunjuk oleh pemerintah menjadi kewalahan. Hal tersebut juga menyebabkan hasil diagnosis menjadi menumpuk.
Sebagai bentuk kepedulian, Laboratorium Diagnostik Yayasan Tahija yang bernaung di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), hadir untuk bisa memberikan bantuan.
Menurut Trihadi, di UGM sendiri terdapat dua laboratorium yang memenuhi syarat BSL-2 plus yaitu Laboratorium Diagnostik Yayasan Tahija (WMP Yogyakarta) dan Laboratorium Mikrobiologi FK-KMK UGM.
"kondisi krisis sekarang ini, kami memberikan izin pemanfaatan Laboratorium Diagnostik Yayasan Tahija untuk mendukung pengendalian pandemi COVID-19 di DIY dan sekitarnya. Kami dari Yayasan Tahija sangat peduli dan ingin memberikan upaya terbaik dalam penanganan COVID-19 ini," ungkapnya pada Selasa (7/4).