Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Prof. Sunardi. (Dok. Istimewa)
Mengutip berbagai sumber data, Prof. Sunardi menjelaskan PTN di Indonesia sebanyak 125 dengan jumlah mahasiswa sekitar 3,4 juta. Sementara PTS ada hampir 3.000 dengan mahasiswa sekitar 4,5 juta.
“Jumlah PTN dan PTS sangat tidak seimbang, tapi jumlah mahasiswa hampir sama, maknanya PTS sangat banyak dengan mahasiswa yang sedikit, rata-rata 1.500, sangat sedikit apalagi dari mereka sendirilah untuk secara mandiri membiayai operasional pendidikan,” ucapnya.
Prof. Sunardi mengajak melihat lebih jauh, bahwa PTS hadir karena keterbatasan akses pemerintah. Banyak yang lahir sebelum PTN, memberi ruang terbuka bagi setiap anak bangsa untuk tetap dapat mengenyam pendidikan tinggi yang murah, dekat, dan kualitas tentu akan diuji dengan waktu.
“Mestinya tidak dipandang sebelah mata, justru aset yang sangat berharga. Peran pemerintah mestinya untuk membantu agar PTS tetap tumbuh berkualitas meningkatkan angka partisipasi kasar masyarakat dalam mengubah kehidupan lebih baik melalui pendidikan tinggi,” ujar Prof. Sunardi.
Ia memberi saran untuk pemerintah agar PTN dan PTS yang sudah teruji membangun generasi bangsa, misal dengan status terakreditasi unggul untuk bersama-sama didorong, difasilitasi, didanai untuk menjadi mercusuar bangsa dalam pendidikan tinggi yang menghasilkan riset-riset unggulan. Pada akhirnya berdampak langsung pada industri dan masyarakat melalui hilirisasi, teknologi tepat guna, dipenuhi paten-paten yang betul-betul mencerahkan dan menggerakkan ekonomi, berkemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Dengan demikian tidak menjadi ladang pertempuran bebas antara PTN gajah dengan sumber dana pemerintah yang besar, sementara PTS dibiarkan berjuang sendirian untuk tetap bertahan antara hidup dan mati mencari penghidupan sendiri. Terkait persaingan antar-PTS, semua punya hak untuk terus hidup dan berkembang, yang utama ekosistem kompetisi yang sehat dan membangun, semangat bersama untuk maju berkualitas, berlomba-lomba dalam kebaikan dalam mencerdaskan anak bangsa, fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan),” ucap Prof. Sunardi.