Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pasien DBD (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Gunungkidul, IDN Times - ‎Selama bulan Januari hingga Maret 2022, Dinas Kesehatan Gunungkidul mencatat terdapat 181 kasus demam berdarah dengue (DBD). Dari jumlah tersebut, dua pasien dinyatakan meninggal dunia.

1. Selama bulan Januari hingga Maret 2022 ada 181 kasus DBD‎

ilustrasi nyamuk DBD. (Pexels.com/Pixabay)

Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Gunungkidul, Diah Prasetyorini, menyatakan dari 181 kasus, 41 kasus terjadi pada Januari, 131 kasus pada Februari, dan 9 kasus pada Maret.

"Total selama tiga bulan Januari hingga Maret 2022 ada 181 kasus DBD, dua di antaranya meninggal dunia," katanya, Senin (21/3/2022).

Menurutnya, dua kasus DBD yang meninggal terjadi satu kasus di bulan Februari dan satu kasus pada bulan Maret 2022.

"Semua pasien DBD yang meninggal dunia berjenis kelamin laki-laku," terangnya.

2. Kasus DBD diprediksi meningkat tahun ini

Ilustrasi warga meninggal (IDN Times/Mia Amalia)

Diah mengungkapkan, jumlah kasus DBD pada kuartal pertama 2022 diprediksi lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021. Kendati, di tahun 2021 terdapat tiga kasus DBD yang meninggal dunia.

"Kasus DBD selama tiga bulan di tahun 2022 ini diprediksi lebih tinggi karena bulan Maret belum berakhir sudah ada 181 kasus. Sedangkan total kasus DBD tahun 2021 hanya 189 kasus," ungkapnya.

Tingginya kasus DBD pada awal tahun 2022 diduga karena kesadaran masyarakat dalam upaya pencegahan terutama pemberantasan sarang nyamuk serta jentik nyamuk mengendur.

"Kalau DBD itu lebih ke arah pembersihan sarang nyamuk," ucapnya.

3. Dinkes Gunungkidul gencarkan sosialisasi gerakan PSN‎

Ilustrasi pemberantasan sarang nyamuk.Dok. Puskesmas Kutasari

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengatakan sosialisasi gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan satu rumah satu jumantik gencar dilakukan ke lapisan masyarakat. Sebab, saat ini yang diperlukan adalah peran aktif dari masyarakat.

"Kami sudah gencarkan sosialisasi terkait pencegahan DBD, tapi kembali lagi ke masyarakat harus ikut berperan aktif dalam pencegahan penyebaran DBD," katanya.‎

Editorial Team