Pembentukan Komite Ketangguhan Ekonomi Jogja, di Ndalem Poenakawan, Rabu (14/5/2025). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Tim mengutip International Monetary Fund (IMF) yang memberikan koreksi atas pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 dari semula 3,3 persen menjadi 2,8 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 sebesar 4,87 persen secara tahunan (year on year) sedikit lebih rendah dibandingkan capaian pada periode yang sama 2024 sebesar 5,11 persen.
DIY sebagai bagian dari perekonomian nasional dan global tentu terpengaruh dampak dari ketidakpastian dan perlambatan ini. Meskipun saat ini DIY masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen (year on year) pada kuartal I 2025, namun dilihat dari kinerja neraca perdagangan DIY saat ini mengalami penurunan. Pada Maret 2025 BPS DIY mencatat neraca perdagangan sebesar US$ 31,73 juta yang lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi neraca perdagangan pada Februari 2025 sebesar US$ 32,6 juta atau mengalami penurunan 2,6 persen (month to month).
Imbas kondisi perekonomian yang tidak menentu tersebut berdampak pada terjadinya PHK. “Kalau di di DIY ada 1.779 orang (terkena PHK) tahun 2024, kemungkinan 2025 ancaman bisa lebih dari tahun kemarin,” ujar Tim.
Tim memberi gambaran di hotel dan restoran sudah ada lebih dari 500 orang terkena pengurangan jam kerja. Kemudian dari industri tekstil disebutnya hanya 30 persen perusahaan di DIY yang bisa dikatakan dalam kondisi baik. “70 persen gak baik-baik saja, terjadi penurunan signifikan,” ujar pria yang juga Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY itu.