Sleman, IDN Times - Sampai dengan saat ini, aksi klitih masih kerap terjadi di Yogyakarta. Tidak hanya di daerah yang masuk dalam kategori pedesaan, aksi ini juga tidak segan dilakukan di daerah yang tergolong ramai dan masuk dalam wilayah perkotaan. Pelakunya pun kebanyakan tergolong usia remaja dan masih duduk di bangku sekolah.
Sosiolog Kriminalitas Universitas Gadjah Mada (UGM), Suprapto menyebutkan, awalnya istilah klitih merupakan kegiatan mengisi waktu luang yang bersifat positif, seperti menunggu seseorang dengan melakukan kegiatan bermanfaat seperti membersihkan rumah, menjahit, maupun membersihkan perabot rumah. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, pemaknaan kata klitih kian bergeser, dan berubah menjadi perilaku menunggu dengan melakukan kegiatan negatif dan kriminal.