Kita Berkebaya di ARTJOG 2025. (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Prinsipnya, Renita menggarisbawahi bahwa kebaya bukanlah busana milik satu etnis di Indonesia. Kebaya adalah warisan budaya seluruh perempuan, bahkan masyarakat Indonesia.
Setiap daerah mempunyai kebaya khas yang bisa dipadupadankan dengan kain tradisional masing-masing daerah. Sehingga, apresiasi dan pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda terhadap kebaya sebagai bagian dari identitas budaya ini yang terus didorong.
"Kebaya adalah warisan budaya Indonesia yang penuh dengan makna dan filosofi, serta mencerminkan nilai-nilai tradisi, martabat, dan identitas perempuan Indonesia," imbuh Renita.
Tak menutup peluang bahwa di kesempatan-kesempatan berikutnya Kita Berkebaya menjangkau wilayah luar pulau Jawa macam Sumatra dan Sulawesi.
"Kita kepengennya setiap bulan ada terus di mana-mana. Bukan cuma di bulan ini saja, di bulan Juli saja, bulan kebaya, Agustus misalnya bulan kemerdekaan, tapi terus jadi sehari-hari gitu. Dan bisa bergerak terus, hidup dan menghidupi," pungkasnya.
Pengageng Kawedanan Panti Budaya Pura Mangkunegaran, GRAj. Ancillasura Marina Sudjiwo yang akrab dipanggil Gusti Sura menambahkan bahwa kebaya juga wujud cerita tentang perjalanan budaya, identitas, dan jati diri perempuan Indonesia. Artinya, bukan sekadar warisan kain dan jahitan.
"Dengan memahami sejarah dan maknanya, kita bisa membawa kebaya tetap relevan di masa ini," ucap Gusti Sura.
Di mata Gusti Sura, generasi muda yang sekarang memiliki peran penting untuk menghidupkan kembali budaya berkebaya.
"Tidak hanya dengan memakainya, tetapi juga dengan memberi napas baru lewat ide, kolaborasi, dan kreativitas. Kebaya adalah masa lalu, masa kini, dan masa depan kita bersama," tutupnya.