Yogyakarta, IDN Times - Bau tembakau menyeruak di sejumlah ruangan di pabrik cerutu Taru Martani, Baciro, Gondokusuman siang itu. Sejumlah pekerja yang didominasi perempuan tampak sibuk dengan daun-daun tembakau di tangannya.
Para pekerja yang sudah tidak lagi muda tersebut, nampak telaten membuat cerutu dengan sejumlah peralatan sederhana di hadapannya. Di tempat yang sudah berusia 105 tahun tersebut, berbagai macam cerutu diproduksi.
Sejarah panjang ditorehkan Taru Martani. Mulai dari zaman Belanda, Jepang, hingga Kemerdekaan Indonesia. Pabrik cerutu ini awalnya bernama N.V. Negresco pada tahun 1918, dan berganti menjadi Taru Martani, nama yang diberikan oleh Ngarsa Dalem, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, pada tahun 1972. Nama Taru Martani, diambil dari bahasa Sansekerta Taru yang berarti daun atau tumbuhan, Martani yang berarti kehidupan.
"Mungkin maksudnya secara filosofis perusahaan ini dengan industri tembakau dari daun-daunan harapannya bisa memberi kehidupan kepada semua orang. Ternyata itu betul menjadi doa, sejak 1918 sampai sekarang 105 tahun perusahaan ini terus berproduksi tanpa henti," ujar Direktur Utama PT. Taru Martani, Nur Achmad Affandi kepada IDN Times.