Kisah Perjuangan Warga Menolak Penambangan Galian C di Lingkar Merapi
Yogyakarta, IDN Times – Gunung Merapi yang berada di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah kembali erupsi pada Kamis (13/2) pagi. Siang harinya banjir lahar hujan sempat terjadi di Kali Gendol, Sleman yang berhulu di Merapi.
Meski ada kawasan rawan bencana di lereng Merapi, kawasan itu ramai ditambang. Pasir Merapi yang kualitasnya dinilai bagus menjadi rebutan warga lokal maupun perusahaan tambang. Sayangnya di sejumlah tempat kerusakan lingkungan terjadi akibat penambangan yang serampangan.
Kerusakan lingkungan akibat penambangan di lereng Merapi terungkap saat puluhan warga dari tujuh desa, lima kabupaten, dan dua provinsi yakni DI Yogyakarta dan Jawa Tengah bertemu di Sekretariat Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta, 29 Januari 2020 lalu.
1. Warga tertarik ikut menambang demi memburu rupiah
Warto, warga Keningar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengaku pernah ikut menambang selama tujuh tahun. Ia mengakui rezeki dari penambangan batuan alias galian C melimpah ruah. Tak heran, mayoritas warga dari dua dusun di Keningar kepincut memburu rupiah dari menggali pasir dan batu sejak 1996. Tanpa menyadari dampak kerusakan lingkungan dari penambangan berhari-hari, bertahun-tahun.
“Sekarang sudah jadi limbah tambang,” sesal Warto.
Setelah penambangan dihentikan dan dimulai lagi pada 2013, sebagian warga Keningar tetap memilih menjadi tenaga kasar sebuah CV yang dapat izin penambangan. Sementara segelintir bekas penambang terus berteriak agar penambangan dihentikan.
Nasib yang sama dialami Fatnan warga Dusun Jagalan, Desa Krasak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Di sungai itu, dua vendor mendapat izin dari pemerintah DIY untuk melakukan penambangan galian C. Warga pun protes karena semestinya perizinan dikeluarkan kementerian mengingat lokasi penambangan di perbatasan antara DIY dan Jawa Tengah. Ia menduga kedua vendor yang menunjuk. Ada juga yang diberi uang biar setuju. Sementara warga yang menolak mendapat ancaman dari sejumlah preman.
“Godaan terberat bukan dari preman. Tapi uang,” kata Fatnan.