Ilustrasi tawuran. (IDN Times/Sukma Shakti)
Investasi yang masuk dari praktik penambangan batuan ke desa, menurut Halik, adalah pemicu konflik horizontal antar warga setempat. Apalagi ketika warga diiming-imingi nilai rupiah yang berlipat jika bersedia menyerahkan lahannya untuk ditambang. Ancaman kerusakan lingkungan pun jauh di awang-awang. Warga pun menyikapinya dengan memilih setuju penambangan, yang menolak, atau pun tak acuh. Konflik pun meletus.
Lantaran dibiarkan, warga pun mengambil tindakan sendiri. Seperti yang dilakukan warga penolak tambang di Keningar yang memasang portal jalan di ujung dusun. Biar truk-truk pengangkut pasir dan batu tak lalu lalang pada jam-jam istirahat dari pukul 18.00-06.00.
“Tiap sore bentrok dengan sopir dan preman,” kata Warto.
Konflik juga menerabas hubungan sosial antar tetangga gara-gara pro kontra penambangan. Sifat sosial hilang, budaya gotong royong sirna. Yang ada di pikiran hanya uang dan uang.
“Bojo kula ajeng dicekik tangga (istri saya akan dicekik tetangga). Mau diportal, malah dibongkar,” kenang Warto.
Konflik antar warga juga mendera Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten. Penambangan memunculkan pro kontra warga, yang menolak dan mendukung penambangan dengan alat berat. Terbukti spanduk berisi penolakan alat berat yang dipasang warga penolak pada 28 Januari 2020 sore telah diturunkan warga pendukung malam harinya.
“Antar warga sudah berhadap-hadapan. Lurah dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa) juga sudah pro,” kata warga yang hanya bersedia disebut dengan inisial N.
Gara-gara itu pula, warga pro dan kontra alat berat saling bergerilya semalaman. Membawa golok, celurit, dan ada yang mabuk juga.
Mestinya, menurut Halik, jika ada potensi sumber daya alam di suatu daerah, maka hak prioritas untuk mengelolanya diberikan kepada warga di daerah itu. Keputusan diserahkan kepada warga untuk memilih menambang atau membiarkan.
“Tapi hak prioritas itu jarang diberikan kepada warga,” kata Halik.
Sebaliknya, investor luar daerah yang mendapat prioritas untuk mengeksploitasi.