Anita Oktaviani (20) salah satu mahasiswa AMA YPK Yogyakarta. Dok: istimewa
Anita Oktaviani (20) salah satu mahasiswa AMA YPK Yogyakarta Jurusan Manajemen Rumah Sakit yang berasal dari Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat mengaku tidak mudik untuk pertama kalinya tahun ini. Anita, yang sudah 3 tahun lamanya menempuh studi di Yogyakarta mengungkapkan jika bertahan di perantauan adalah pilihan terbaik untuk tetap melindungi keluarganya dari COVID-19.
"Idul Fitri tahun ini pasti berbeda. Tahun ini pertama kali tidak bersama orangtua dan saudara. Sedih tidak bisa kumpul, tapi kembali lagi, sabar adanya pandemik. Saya paham virus ini sangat berbahaya. Apalagi saya tinggal di wilayah zona merah, risiko terpapar virus sangat besar, sehingga saya tidak ingin pulang menyebarkan ke orang-orang yang ada di kampung halaman," ungkapnya pada Jumat (22/5).
Menurut Anita, bukan hanya jauh dari orangtua yang terkadang menjadi beban mentalnya, kesulitan finansial juga dia alami selama di perantauan. Mengingat, saat ini orangtuanya juga mengalami kesulitan dengan adanya kebijakan bekerja dari rumah.
Menurutnya, dari Pemda setempat memang sudah melakukan pendataan bagi mahasiswa rantau. Namun, sampai saat ini dirinya mengaku belum mendapatkan bantuan.
"Orangtua sulit kerja di rumah sehingga mengalami kesulitan ekonomi di keluarga dan secara tidak langsung berimbas pada mahasiswa yang ada di tanah rantau. Saya positive thinking Pemda akan benar-benar alokasikan dana untuk mahasiswa di luar Kalbar. Mahasiswa sangat kesulitan, benar-benar membutuhkan bantuan dari pemerintah," terangnya.
Dita mengaku, dengan adanya pandemik ini ada beberapa hikmah yang dia dapatkan. Di antaranya bisa menjadi pribadi yang lebih sabar dan mandiri.
"Hikmahnya, bisa menjadi pribadi yang sabar, mandiri dan bijak. Baik di dalam mengatur keuangan dan sebagainya. Karena jauh dari orangtua. Semoga tetap bisa diamalkan. Hari raya tetap tinggal di kos tapi panggilan video call, bermaafan lewat video call," paparnya.