Pemilik BRSK, usaha merchandise band indie, Fariz Fachryan. (IDN Times/Herlambang Jati)
Fariz menyebut lebih memilih menjual merchandise band indie karena selain proses yang mudah, juga banyak dari mereka yang menyuarakan keresahan masyarakat. Salah satunya band Sukatani yang belum lama ini mendapat intimidasi karena menyuarakan kritik terhadap aparat kepolisian.
“Menurut saya penting juga musisi dalam artian mereka tokoh publik yang suaranya sering didengar, menyuarakan apa yang terjadi. Keresahan mereka penting, yang saya pahami bahwa pada akhirnya mereka ketika direpresi, masyarakat akhirnya mendukung melindungi mereka. Itu luar biasa,” ungkapnya.
Baginya menjalankan sebuah bisnis, tanpa memiliki keresahan merupakan suatu hal yang ‘kering’.
Pria yang sebelumnya bekerja sebagai peneliti di Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada (PUKAT UGM) itu menilai, antara usaha merchandise bandnya dengan keresahan masyarakat tidak bisa dilepaskan. Tidak terkecuali bagi komunitas musik banyak menaruh perhatian pada berbagai persoalan di masyarakat.
“Menurut saya sangat kering, orang hanya jualan tanpa punya keresahan yang sama dengan teman-teman musisi. Komunitas musik itu cukup banyak perhatiannya (pada persoalan di masyarakat), misal di Dago Elos Bandung, itu sangat dijaga komunitas di sana,” ujarnya.
Fariz mencoba memanfaatkan media sosial BRSK untuk mendukung gerakan masyarakat. Platform yang berkembang secara organik itu digunakan untuk menyuarakan keresahan yang timbul di masyarakat berbagai daerah.
“Ya kita cuma punya Instagram aja, isinya ya ada mensupport masyarakat terkait masalah penggusuran di Malioboro, ada butuh bantuan di Sukahaji (Bandung) pembakaran. Kita support, kita tahu sebenarnya keresahan masyarakat sama saja. Kita bantu menyebarluaskan,” ujar Fariz.
Ia mengingat saat ada korban luka demo di Bandung, dirinya juga berupaya membantu. Melalui jaringan gerakan yang ada, BRSK menggalang dana dari hasil penjualan merchandise untuk membantu pengobatan.
“Caranya bikin PO kaos kerja sama dengan Grimloc, yang sebenarnya desainnya disebar gratis, tapi saya izin waktu itu. Itu ya, 100pcs habis. Langsung transfer ke paramedis jalanan di Bandung. Sangat terkesan saya pribadi. Misal kita lakukan setiap demo, orang gak takut lagi demo, gak takut kurang makan, karena ada support dari bawah semua,” ujar Fariz.