Ilustrasi pangan lokal. (IDN Times/Daruwaskita)
Menurut Romo Yudono, untuk kembali mengonsumsi pangan lokal yang dihasilkan sendiri, ada perlawanan yang sangat besar, seperti perlawanan ekonomi karena orang inginnya instan dan cepat. Namun, gereja selalu mendorong untuk kesetiaan pada pangan lokal serta terus menerus mengingatkan kepada masyarakat.
"Kita kan tidak mungkin menyampaikan untuk kembali ke pangan lokal jika tidak memberikan inspirasi. Gereja di Indonesia ingin menawarkan inspirasi kepada masyarakat," ucapnya.
Diakuinya untuk menghasilkan pangan lokal tantangannya juga tidak mudah. Pasalnya generasi muda saat ini enggan untuk menjadi petani, lahan-lahan pertanian yang merosot karena alih fungsi lahan untuk kebutuhan rumah dan yang lainnya.
"Ya ini perlombaan, namun kami mengajak yang masih ada dan tersisa yang masih bisa mengembangkan pangan lokal sehingga keberadaan pangan lokal tetap ada dan tidak tergerus dengan pangan instan yang tidak baik untuk kesehatan," ucapnya.
"Kenapa kita mengajak kembali ke pangan lokal karena hal ini terkait dengan kesejahteraan dan juga kesehatan sehingga angka harapan hidup semakin tinggi dengan makan makanan yang sehat," tambahnya lagi.