Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kebijakan Trump Berpotensi Jadi Masalah Serius, Ini Saran Ekonom UGM

Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Yudistira Hendra Permana memperingatkan bahwa tarif ekspor ke AS dapat mendorong pengusaha Indonesia pindah ke negara lain yang dikenakan tarif lebih rendah.
  • Barang-barang yang diekspor ke Amerika seperti perlengkapan elektronik, tekstil, alas kaki, pakaian dirajut, dan produk karet akan terdampak oleh kebijakan tarif tersebut.
  • Yudis menyarankan pemerintah untuk menderegulasi soal ekspor kepada pengusaha, dengan memberikan contoh semacam tax holiday dan program dari masing-masing sektor.

Yogyakarta, IDN Times – Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Yudistira Hendra Permana menyebut kebijakan yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terkait tarif ekpor dari Indonesia sebesar 32 persen perlu diwaspadai. Salah satunya kemungkinannya, pelaku usaha Indonesia pindah ke negara lain.
 
“Sebetulnya bukan pindah (lokasi), bisa jadi setidaknya pindah pengadministrasian barang dari mana gitu. Meskipun headquarters di Indonesia, pasti akan cari caralah,” ujar Yudis, Minggu (6/4/2025).
 
Terlebih ada sejumlah negara yang dikenakan tarif lebih rendah, seperti Singapura, Malaysia, dan Filipina. “Terutama untuk pebisnis yang fokusnya mengirim ke AS (perlu diwaspadai agar tidak pindah),” ucap Yudis.

1. Pengusaha lokal Amerika juga terdampak

Ilustrasi Ekspor. (IDN Times/Aditya Pratama)

Yudis mengajak melihat barang yang biasa diekspor ke Amerika. Data tahun lalu, barang yang diekspor di antaranya perlengkapan elektronik, tekstil, alas kaki, pakaian dirajut, produk karet.
 
“Sebenarnya barang tengah itu, istilahnya semi final, di sana diolah lagi jadi input, tapi gak raw material banget. Sebetulnya ini di AS akan tertekan, karena pengusaha lokal Amerika harganya akan mahal tentunya. Tentunya dua-duanya akan terdampak,” ucap Yudis.

Ia pun melihat politik yang Trump bangun dengan Make America Great Again. “Jadi kalau saya baca berita sih justru masyarakat (Amerika) menerima. Trump akhirnya lebih memilih ke situ,” kata Yudis.
 
Yudis mengatakan hubungan dengan AS selama ini memang menjadi satu hal yang penting. Mengingat AS merupakan negara dengan perekonomian terbesar dan jumlah penduduk yang besar, terlebih ekspor terbesar Indonesia ke AS.

2. Deregulasi ekspor kepada pengusaha

Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Aditya Pratama)

Yudis memberi saran kepada pemerintah, tentang perlunya menderegulasi soal ekspor kepada pengusaha. Deregulasi sebagai contoh semacam tax holiday, terdapat program dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan atau masing-masing sektor. Ia menyontohkan sektor pertanian terdapat deregulasi yang meminimalisir biaya, sehingga daya saing akan naik.
 
“Ini kan sesuatu yang selama ini jarang fokus ya. Sebagai contoh kalau kita bicara salah satu ekspor barang pertanian, termasuk beras kita ekspor ke Amerika, pupuk dan sebagainya seperti apa. Sektor pertanian nelayan gimana memperhatikan mereka. Ini kan kurang memfasilitasi petani atau nelayan kita. Ini mulai fokuskan lagi kepada mereka, menekan ongkos kirim meningkatkan daya saing,” ungkap Yudis.

3. Kebijakan Trump berpotensi timbulkan dampak serius bagi Indonesia

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara Presiden Prabowo Subianto mengakui Indonesia menghadapi tantangan, terutama akibat kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dia menyebut kebijakan tersebut mengguncang perekonomian global dan berdampak pada puluhan negara. Hal itu diungkapkan Prabowo dalam program Presiden Prabowo Menjawab bersama enam pemimpin redaksi media di Hambalang, Jawa Barat, Minggu (7/4/2025).

"Ya, kita menghadapi masa yang penuh cobaan, apalagi dengan program tarif yang dicanangkan oleh Presiden Trump dari Amerika Serikat yang menggoncangkan seluruh dunia," kata Prabowo.

Prabowo menyatakan, kebijakan Trump berpotensi menimbulkan dampak serius bagi Indonesia. Dia menyoroti industri padat karya kemungkinan akan menjadi sektor yang paling terdampak.

"Mungkin kita akan mengalami dampak yang berat mungkin terutama yang bisa kena adalah industri tekstil, sepatu, garmen dan furniture," sebutnya.

Menurutnya, sektor tersebut sangat rentan karena merupakan industri padat karya yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us