Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penyakit TBC (pexels.com/Monstera)
ilustrasi penyakit TBC (pexels.com/Monstera)

Sleman, IDN Times - Kasus penyakit TBC di Kabupaten Sleman terus mengalami peningkatan. Bahkan Tuberkulosis (TBC) menjadi penyakit prioritas yang harus dituntaskan.

Berdasarkan data tahun 2017-2019 menunjukkan angka kesakitan TBC di Kabupaten Sleman yang terus meningkat.

"Sebagai daerah dengan penduduk terbesar di DIY, yaitu 1.087.339 jiwa per semester I 2021, TBC hingga kini menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan yang masih belum dapat dituntaskan di Sleman," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Cahya Purnama, Senin (5/9/2022). 

 

1. Kasus TB kebal obat meningkat

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama. IDN Times/Siti Umaiyah

Cahya mengatakan, realisasi penemuan kasus dan pengobatan TBC di Kabupaten Sleman pada 2021 baru mencapai 983 kasus, lebih rendah dari target Kementerian Kesehatan yaitu sebesar 2546 kasus.

"Sementara itu, kasus TB kebal obat yang ditemukan pada 2021 sebanyak 22 kasus, mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya," katanya dikutip Antara. 

 

2. Akan lakukan skrining TBC

ilustrasi infeksi influenza (unsplash.com/Engin Akyurt)

Cahya mengatakan perlu inovasi dan strategi baru untuk bisa menjangkau populasi risiko tinggi yang didukung oleh segenap lintas sektor, agar program skrining aktif TBC dapat dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Pemkab Sleman telah meluncurkan program skrining kesehatan bersama dengan ZeroTB Yogyakarta untuk deteksi dan penanggulangan TBC," katanya.

Ia berharap masyarakat Sleman dapat memanfaatkan skrining kesehatan gratis yang seluruh pembiayaannya didukung sepenuhnya oleh program ZeroTB.

3. Skrining x-ray mobile diprioritaskan menjangkau perkampungan padat penduduk

Ilustrasi paru-paru (pixabay/kalhh)

Skrining x-ray mobile akan menjangkau seluruh kapanewon (kecamatan) di Kabupaten Sleman, melalui puskesmas. Diprioritaskan dilakukan di populasi dengan risiko tinggi seperti pemukiman padat, daerah dengan sanitasi buruk, serta masyarakat dengan komorbid

"Kapanewon Ngemplak sebagai inisiasi lokasi pertama. Mereka hanya perlu masuk ke mobil skrining x-ray lalu difoto, dan hasilnya akan menentukan apakah perlu ditindaklanjuti dengan tes cepat molekuler," katanya.

"Kami telah membuat jadwal pelaksanaan skrining melalui puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten Sleman, yang dapat diakses melalui laman Dinkes Sleman dan Call Center 087777105032," pungkas Cahya.

Editorial Team