Potret bersih-bersih sungai code oleh masyarakat lintas agama (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Shidqi menyebut jika dalam kegiatan itu diikuti oleh kurang lebih 160 peserta. Mereka adalah perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama dan tokoh-tokoh agama dan 6 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu yang semua turut berpartisipasi. Ada juga yang hadir dari komunitas sungai, didukung ulu-ulu sungai dan petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.
Totok Pratopo sebagai Ketua Pemerti Code, menyampaikan kalau sejak pandemi Covid-19 dan diberlakukannya kebijakan efisiensi pemerintah pusat, keberpihakan anggaran untuk sungai berkurang. Meski begitu, dirinya menilai bahwa langkah Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, adalah sebuah gebrakan yang baik dengan pendekatan ke pemerintah pusat melakukan normalisasi Sungai Code. Apalagi ditambah dengan adanya desentralisasi pengolahan sampah, sungai adalah korban yang paling berat karena masih banyak orang membuang sampah secara sembarangan di sungai.
“Bersama-sama Kemenag, Pemkot (Yogya) semua pihak dan komunitas sungai bareng-bareng digalakkan lagi (bersih sungai). Saya kira ini bagus. Kami menyadari keterbatasan pemerintah dalam hal budgeting (anggaran) sehingga kami menggalakkan pariwisata dengan edutourism sekolah sungai yang berbayar supaya kami masih bisa bergerak untuk mengajak masyarakat bersih sungai, menanam dan membagikan bibit dan lainnya,” pungkas Totok.