Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Para mahasiswa asing memamerkan hasil dua hari nge-camp belajar pencak silat di acara Pencak Wisata Budaya 4. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Intinya sih...

  • Mahasiswa asing tampil memukau dengan gerakan pencak silat di Pencak Wisata Budaya 4 di Yogyakarta
  • Para mahasiswa belajar gerakan silat selama dua hari melalui program camp pengenalan budaya di Desa Sangurejo, Turi, Sleman
  • Pencak Wisata Budaya 4 juga menghadirkan kaulan atau parade gerakan silat oleh praktisi dari berbagai perguruan pencak silat asal DIY dan daerah lainnya

Yogyakarta, IDN Times - Penampilan sejumlah mahasiswa asing mempertunjukkan gerakan pencak silat memukau para penonton malam puncak Pencak Wisata Budaya 4 yang diselenggarakan di Titik Nol Kilometer, Kota Yogyakarta, Sabtu (26/10/2024) malam.

Para mahasiswa UGM asal Malaysia, Jepang, Belanda, Norwegia, hingga Rwanda itu silih berganti secara beregu menunjukkan hasil dua hari belajar gerakan silat melalui program camp pengenalan budaya di Desa Sangurejo, Turi, Sleman.

Mereka nampak percaya diri tampil di depan masyarakat, termasuk Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, sekalipun baru mengenal seni bela diri tradisional Tanah Air ini. Mereka tetap dipandu seorang instruktur yang berdiri di depan panggung.

1. Pencak silat bukan hanya seni bela diri, tapi kekayaan budaya

Pertunjukan silat di atas panggung Pencak Wisata Budaya 4, Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Sabtu (26/10/2024) malam (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Selain para mahasiswa asing itu, panggung Pencak Wisata Budaya 4 juga menghadirkan kaulan atau parade gerakan silat oleh praktisi dari perguruan pencak silat asal DIY, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, bahkan Kalimantan.

Salah satu yang dipertunjukkan adalah Okinawa-Te, bela diri asal Jepang yang disebut mirip dengan silat. Kemudian dari perguruan silat Kera Sakti dan lain sebagainya.

Paku Alam X yang membacakan sambutan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X sementara mengapresiasi digelarnya Pencak Wisata Budaya 4 oleh Komunitas Paseduluran Angkringan Silat didanai oleh Dana Keistimewaan (Danais) ini.

Ia mengapresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam acara karena kontribusinya menjadikan pencak silat sebuah warisan yang hingga detik ini tetap hidup, dan bukan semata-mata sebagai kenangan masa lalu.

Kata Paku Alam, penetapan pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh UNESCO pada tahun 2019 membawa makna yang sangat penting bagi Indonesia.

"Ini merupakan pengakuan internasional atas nilai budaya pencak silat sebagai warisan yang hidup, mencerminkan identitas, tradisi, dan nilai-nilai luhur masyarakat yang mempraktekkannya," katanya.

"Pengakuan ini juga menegaskan bahwa pencak silat bukan hanya seni bela diri, tetapi juga bagian dari kekayaan budaya yang mencakup aspek spiritual, filosofis, seni, dan sejarah," lanjut dia.

2. Menjaga pencak silat tetap relevan di tengah dinamika zaman

Pertunjukan silat di atas panggung Pencak Wisata Budaya 4, Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Sabtu (26/10/2024) malam (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Paku Alam menambahkan, perlu disadari pula bahwa status WBTB ini juga sangat potensial guna meningkatkan industri pariwisata budaya.

Kendati, bagi pemda, masih diperlukan kesamaan persepsi bahwa tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga pencak silat agar tetap relevan di tengah dinamika zaman. Sekaligus menghindari komersialisasi yang dapat mengikis esensi dan nilai-nilai tradisionalnya.

"Mari kita semua mantapkan komitmen, untuk terus menjadi duta, sesuai dengan kompetensi kita masing-masing, bagi kekayaan budaya yang telah memperoleh rekognisi dan apresiasi global ini.

3. Kenalkan mahasiswa asing pencak silat hingga jemparingan

Pertunjukan silat di atas panggung Pencak Wisata Budaya 4, Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Sabtu (26/10/2024) malam (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Pencak Malioboro Festival dengan tajuk 'Pencak Wisata Budaya 4' ini telah diselenggarakan sejak 24 Oktober 2024 kemarin.

Yosi dari Komunitas Paseduluran Angkringan Silat menuturkan, salah satu agenda dalam Pencak Wisata Budaya 4 ini adalah membuka wawasan pencak silat dan berbagai budaya lokal lain WNA yang berkuliah di UGM.

Para mahasiswa ini 'nge-camp' di Desa Sangurejo, Turi, Sleman pada 24-26 Oktober 2024 dan diikutsertakan dalam kunjungan ke tempat pembuatan keris, ikat kepala tradisional, belajar gamelan, membatik, dan tentunya menjajal gerakan pencak silat. Program ini mengambil konsep camp pelatihan di mana para WNA akan membaur dengan penduduk setempat.

Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk bazaar dan workshop di Taman Pintar ditutup dengan parade pesilat di Titik Nol, Sabtu malam. Lewat parade ini, masyarakat berkesempatan melihat lebih dekat keberagaman pencak silat, sekaligus jadi sarana para praktisi silat tradisional dalam menunjukkan serta mempromosikan kekhasan aliran masing-masing kepada khalayak umum.

Yosi menambahkan, agenda rutin dua tahunan ini sudah diselenggarakan sejak 2012 dengan tujuan melestarikan pencak silat sebagai budaya tak benda Tanah Air yang telah diakui dunia.

Mendapatkan dukungan Danais, Pencak Wisata Budaya 4, diharapkan mampu menjadi wadah yang merangkul seluruh elemen pencak silat tradisional. Baik aliran, perguruan, maupun pemerhati agar bersama-sama melestarikan warisan budaya dan menjadikan pencak silat tradisional sebagai tuan rumah di negeri sendiri.

Editorial Team