Ribuan Warga Srandakan Kesulitan Air Bersih Imbas Groundsill Sungai Progo Jebol

- Ribuan warga Kalurahan Trimurti di Srandakan kesulitan air bersih setelah groundsill Sungai Progo jebol pada Januari 2025.
- Warga di tiga padukuhan terdampak kekurangan air bersih, belum semua dilayani PDAM, dan BPBD Bantul menyiapkan skema distribusi air.
- Kondisi darurat lokal karena jebolnya groundsill membuat BPBD harus melibatkan relawan dan dukungan CSR dari masyarakat.
Bantul, IDN Times - Jebolnya groundsill Sungai Progo di Kapanewon Srandakan, Bantul, pada akhir Januari 2025 menyebabkan ribuan warga Kalurahan Trimurti kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Warga yang sebelumnya mengandalkan sumur, kini terpaksa membeli air dari truk tangki swasta atau menunggu bantuan dropping air bersih dari BPBD, Dinas Sosial, maupun PMI Cabang Bantul.
1. Warga di tiga padukuhan di Kalurahan Trimurti yang terdampak kesulitan air bersih

Panewu Anom Srandakan, Karjiyem, menyebutkan bahwa warga yang terdampak kekurangan air bersih di Kalurahan Trimurti tersebar di tiga padukuhan, yakni Nengahan, Srandakan, dan Bendo.
"Jadi tidak semua warga di tiga dusun tersebut yang kekurangan air bersih namun jumlahnya jiwa yang terdampak lebih dari 1.500 jiwa," katanya, Jumat (4/7/2025). "Sumur yang ada di Kapanewon Srandakan juga kering. Kita juga kerepotan akibat tidak ada air bersih di MCK," tambah dia.
2. Belum semua warga dilayani air bersih dari PDAM

Karjiyem menjelaskan, warga di tiga padukuhan yang terdampak krisis air bersih selama ini mengandalkan pasokan dari sumur. Sebab, jaringan pipa air bersih dari PDAM belum menjangkau seluruh wilayah di Kalurahan Trimurti.
"Otomatis ketika kekurangan air bersih warga mengandalkan bantuan droping air dari pemerintah atau meminta air dari sumur tetangga yang masih ada air bersihnya atau belum kering," tuturnya.
3. Baru pertama kali kekurangan air bersih terjadi

Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, dan Peralatan BPBD Bantul, Antoni Hutagaol, menyatakan bahwa meski secara iklim Bantul masih berada dalam fase kemarau basah, kondisi di Trimurti tergolong darurat lokal. Pasalnya, wilayah tersebut sebelumnya tidak pernah mengalami kekeringan.
“Kekeringan ini murni akibat jebolnya groundsill yang membuat air tanah tidak tertahan dan langsung mengalir ke sungai. Ini kejadian pertama dalam enam tahun terakhir,” katanya.
BPBD Bantul kini tengah menyiapkan skema pendistribusian air bersih serta penyediaan tempat penampungan sementara di tiga titik strategis. Namun, keterbatasan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) membuat BPBD harus melibatkan relawan dan mengandalkan dukungan CSR dari masyarakat.
“Kami akan segera dropping air bersih dan tempat tampungan. Tapi karena wilayah ini belum pernah terdampak sebelumnya, mereka tidak siap dari sisi infrastruktur,” tambahnya.
4. Warga mendalamkan sumur namun air sumur tetap mengering

Warga Padukuhan Nengahan, Wahyu Rubianto (49), mengaku sudah merasakan berkurangnya debit air sumur sejak akhir Mei 2025. Pada awal Juni, sebagian warga mulai menggali sumur baru untuk mendapatkan air bersih.
"Di sini krisis air, ada warga yang menggali sumur untuk mendapatkan air sejak awal Juni lalu sekarang sudah kering," kata Wahyu.
Wahyu merasa lebih beruntung dibandingkan tetangganya karena rumahnya sudah terhubung dengan jaringan PDAM yang masih bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
"Sejak zaman ibu saya itu kebetulan PDAM tidak saya putus, Alhamdulillah sekarang berguna," katanya.
Sementara itu, Rohmat (65), warga RT 87 Padukuhan Nengahan, mengatakan bahwa sepanjang hidupnya, baru kali ini mengalami sumur kering.
"Kemarin baru saja saya gali, keluar airnya, saya gali bersama istri saya berdua," ucapnya.