SMA Negeri 1 Banguntapan, Bantul. (Tangkapan layar Google Maps)
HA mengatakan, pada awal sekolah putrinya pernah mengatakan sekolahnya "mewajibkan" berjilbab dengan baju lengan panjang dan rok panjang. Menurutnya, sang anak sudah memberikan penjelasan kepada wali kelas dan guru Bimbingan dan Konseling (BK), bahwa ia tidak bersedia. Namun, sekolah terus menerus mempertanyakan alasan dirinya tak mau mengenakannya.
"Dalam ruang Bimbingan Penyuluhan, seorang guru menaruh sepotong jilbab di kepala anak saya. Ini bukan 'tutorial jilbab' karena anak saya tak pernah minta diberi tutorial. Ini adalah pemaksaan," tegas dia.
HA sendiri kebetulan memakai hijab. Namun, ia mengaku menghargai keputusan dan prinsip putrinya.
"Kini anak saya trauma, harus mendapat bantuan psikolog. Saya ingin sekolah SMAN 1 Banguntapan, pemerintah Yogyakarta, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bertanggung jawab. Kembalikan anak saya seperti sediakala," pungkasnya.