Januari-Awal Desember 2024, Ada 25 Kasus Warga Akhiri Hidup di Bantul

Intinya sih...
- Polres Bantul mencatat 25 kasus bunuh diri terjadi sejak Januari hingga Desember 2024.
- Kasus dipicu depresi akibat masalah ekonomi dan kesehatan, masyarakat diimbau untuk menghubungi psikolog.
- Masyarakat diminta tidak menyebarkan konten terkait bunuh diri dan lebih sensitif dalam menggunakan media sosial.
Bantul, IDN Times - Polres Bantul mencatat sebanyak 25 kasus orang mengakhiri hidup terjadi di wilayah Bantul sejak Januari hingga awal Desember 2024. Kasus terbaru dilaporkan terjadi di Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, pada Kamis (5/12/2024) pagi.
1. Saling membantu dan mengingatkan mereka yang sedang mengalami depresi
Kapolres Bantul, AKBP Michael R Risakotta, menyatakan kasus bunuh diri menjadi perhatian khusus bagi Polres Bantul. Pihaknya telah meningkatkan pendekatan ke masyarakat melalui imbauan untuk menekan angka kasus tersebut.
"Kami sebagai aparat kepolisian tidak henti-hentinya memberikan imbauan kepada masyarakat untuk saling mengingatkan. Mungkin banyak sanak saudara atau keluarga yang sedang frustrasi, kadang-kadang masalah ekonomi. Maka dari itu marilah kita sama-sama untuk saling mengingatkan dan membantu mereka yang sedang mengalami depresi," katanya, Kamis (5/12/2024).
2. Depresi jadi faktor
Michael menyebut sebagian besar kasus bunuh diri di wilayahnya dipicu oleh depresi yang berlebihan akibat masalah ekonomi dan kesehatan. Ia juga menyoroti masih banyaknya masyarakat yang menganggap remeh persoalan depresi.
"Jika mengalami depresi, jangan ragu untuk menghubungi psikolog agar perasaan depresi yang dialami membaik. Berkonsultasi dengan psikolog dapat mencegah kemungkinan-kemungkinan yang dapat membahayakan," ujarnya.
3. Jangan sebar video
Michael turut mengimbau masyarakat untuk tidak menyebarkan video atau konten terkait kasus orang mengakhiri hidup. Menurutnya, hal ini tidak seharusnya disebarluaskan dan tak ada alasan untuk menyebarluaskan penderitaan orang lain
Ia melanjutkan, bahwa konten semacam itu, sekali tersebar, akan sulit untuk dihapus dan dapat memicu dampak negatif, terutama bagi keluarga dan teman-teman korban.
"Kita minta kerja sama dari seluruh komponen masyarakat, termasuk pengguna media sosial, untuk lebih sensitif dan bijaksana dalam menggunakan dan memviralkan konten," tambahnya.
Menurutnya, penting untuk menekankan ketertiban dan etika dalam bermedia sosial, dengan menghindari penyebaran foto atau video yang mengandung adegan bunuh diri atau kekerasan.
“Mari membangun lingkungan dengan meningkatkan kepedulian di dalam keluarga dan selalu memberi dukungan kepada setiap anggota keluarga, sehingga kejadian bunuh diri bisa terhindarkan,” tandas Michael.
--
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.
Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:
RSJ Amino Gondohutomo Semarang | (024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor | (0251) 8324024, 8324025
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta | (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang | (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang | (0341) 423444
Selain itu, layanan konseling kesehatan jiwa juga tersedia di rumah sakit umum, puskesmas, biro psikologi, dan juga melalui online. terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.