Musyawarah Nasional (Munas) Ikatan Motor Indonesia (IMI) X, di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sabtu (20/9/2025). (Dok. Istimewa)
Moreno mengatakan hal yang sama sekali tidak bisa diabaikan, yakni atlet olahraga otomotif. Pembinaan atlet adalah jantung olahraga ini. “Kita buka ruang kerja sama dengan pemerintah yang punya data dan legitimasi, serta swasta. Jika keduanya bersinergi, lahirlah sistem pembinaan yang terukur, berkelanjutan, dan berorientasi pada prestasi,” kata Moreno.
Moreno mengatakan atlet tidak lagi berjalan sendiri, tapi tumbuh dalam ekosistem yang solid, profesional, dan kredibel. Di lain pihak, di era digital seperti ini, data adalah kekuatan. Karena itu IMI harus memiliki Bank Data Atlet dan Klub Otomotif yang terintegrasi dari daerah hingga nasional. Bukan sekadar arsip, tetapi sistem digital yang memotret setiap event, setiap prestasi, setiap atlet dari pemula hingga juara.
Data tersebut terbuka, transparan, dan dapat diakses semua pihak. Inilah cara IMI memastikan olahraga otomotif tidak lagi sporadis, tetapi berbasis data, terukur, dan terarah menuju prestasi dunia. Regulasi keanggotaan komunitas otomotif juga dibenahi. Setiap anggota IMI dari Sabang sampai Merauke harus tercatat resmi dan akurat, memiliki akses yang terbuka pada program, pelatihan, dan perlindungan kompetisi.
“Tidak ada lagi sekat, tidak ada lagi diskriminasi. IMI adalah rumah besar yang terbuka bagi semua pecinta otomotif Indonesia,” ungkap Moreno.
Moreno menegaskan satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah penyetaraan gender. Dunia otomotif bukan hanya milik laki-laki. Perempuan Indonesia punya potensi sama besarnya. IMI harus berdiri di garda terdepan membuka ruang setara, memberi akses pelatihan, kompetisi, dan sertifikasi tanpa memandang gender. “Dengan penyetaraan gender, kita menghadirkan wajah otomotif Indonesia yang inklusif, modern, dan sesuai dengan nilai global,” ucap Moreno.