Aula PT Primissima (primissima.co.id)
Semenjak mengalami kesulitan modal kerja, perusahaan susah payah belanja bahan baku, membayar gaji karyawan dan listrik untuk operasional 400 unit mesin pabrik. Padahal, klaim Usmansyah, pesanan waktu itu masih cukup banyak, termasuk dari rekanan-rekanan loyal. Tapi, apa daya. Tanpa modal kerja, tak ada yang bisa dilakukan.
"Pesanan sangat banyak, tapi tidak bisa dipenuhi karena kita enggak jalan," ucap Usmansyah yang ditunjuk menjadi dirut tahun 2016 itu.
Bagaimanapun, perusahaan harus tetap jalan. PT Primissima kemudian menempuh alternatif dengan skema work order (WO), atau menggarap benang milik pihak lain menjadi kain sampai beberapa tahun terakhir.
Itu pun omzet berkurang drastis, cuma Rp1,2 miliar sebulan. Sementara gaji karyawan, listrik, dan lain sebagainya bisa mencapai Rp2 miliar sebulan. Perusahaan terus melakukan tambal sulam sampai benar-benar kehabisan akal.
"Mentok, gaji gak kebayar," imbuh Usmansyah.
Terakhir, perusahaan belum membayarkan gaji para pegawai sejak Mei 2024. Mereka kemudian dirumahkan per 12 Juni 2024 dengan menerima upah 25 persen dari hak masing-masing. Sedangkan jajaran direksi juga belum menerima pembayaran yang apabila dikalkulasi setara gaji lima kali.