Apa yang terjadi pada bus GA Trans, kata Wildan, sopir menggunakan gigi perseneling tiga sehingga bus dipaksa untuk melakukan pengereman terus menerus. Akibatnya, gas akan habis karena angin tidak lagi diisi. Ketika gas tekanan di bawah enam bar maka hanya akan keluar angin namun rem sudah tidak lagi berfungsi.
"Jadi gas untuk pengereman akan terisi ketika sopir melakukan gas namun ketika turun sopir melakukan pengereman terus menurus maka gas akan keluar dan tidak diisi. Ketika tekan gas sudah di bawah enam bar maka rem sudah loyo dan tidak berfungsi lagi," ujarnya.
"Rem sudah tidak lagi berfungsi juga sesuai keterangan kondektur bus yang selamat. Nah, untuk kecepatan bus dengan simulasi mobil dobel kabin gigi dua tanpa injak gas dan rem mencapai 70 km per jam maka bus bisa lebih dari 70 km per jam," tambahnya lagi.
Lebih jauh Ahmad juga mengatakan pihaknya sudah memeriksa sistem rem yang ada di bus cukup bagus, kondisi roda juga bagus, gap kampas juga tidak ada masalah.
"Ya kecelakaan itu terjadi karena sopir menggunakan gigi persneling tiga saat menurun itu," ungkapnya.
Ahmad mencontohkan, saat berada di Bukit Bego ada truk yang membawa alat berat melewati Bukit Bego dan tidak terjadi kecelakaan. Truk turun menggunakan gigi perneling satu, sopir tidak ngegas dan tidak ngerem namun truk tetap berjalan perlahan dan selamat melewati Bukit Bego.
"Padahal kalau dilihat truk dengan muatan alat berat dengan bus lebih berbahaya truk dengan muatan alat berat namun truk selamat melalui Bukit Bego. Truk berjalan perlahan pada persneling satu dibantu dengan engine breaks dan yang dilakukan sopir sangat benar tanpa menginjak rem," ujarnya.