Ketua Dewan Sekolah SDN Bongsren, Dalyanto. (IDN Times/Daruwaskita)
Ketua Dewan Sekolah SDN Bongsren, Dalyanto mengatakan stigma buruk terkait kasus asusila saat ini bukan menjadi faktor utama penyebab minimnya siswa baru yang mendaftar ke SDN Bongsren.
"Itu (stigma buruk) sudah tidak ada lagi, bahkan masyarakat Padukuhan Bongsren sudah tidak lagi membicarakan itu. Namun ketika itu (stigma buruk) muncul lagi di media justru membuat guru, siswa hingga masyarakat resah. Kita tidak ingin ini jadi viral," ujarnya saat ditemui di SDN Bongsren, Kamis (19/6/2022).
Menurutnya, Dewan Sekolah, para guru dan tokoh masyarakat di Padukuhan Bongsren punya komitmen kepada Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) agar SDN Bongsren tidak di-regrouping. Sebab SDN Bongsren merupakan aset milik warga yang membanggakan. Pihaknya juga telah berupaya dalam dua-tiga tahun terakhir berusaha agar siswa baru mendaftar semakin bertambah banyak.
"Kami memang sulit menghilangkan stigma yang negatif itu. Namun kami sudah mengedukasi masyarakat bahwa guru-guru di SDN Bongsren semuanya perempuan dan muda-muda semuanya sehingga tidak mungkin ada kejadian 'kesandung' yang kedua kalinya," katanya.
"Semuanya muda-muda semua, semua sarjana, penuh energi dan tidak akan mengulangi guru-guru yang saat ini pensiun yang sempat males-malesan sehingga masyarakat kembali percaya untuk memasukkan anaknya sekolah di SD Bongsren," imbuh pensiunan Kepala Bagian Protokoler Pemkab Bantul ini.
Ke depan, pihaknya akan mengarahkan anak-anak PAUD untuk menempuh pendidikan di TK pertiwi dan kemudian masuk ke SDN Bongsren.
"Kenapa PPDB tahun 2022 ini hanya 8 siswa baru, ya ini disebabkan karena jumlah anak yang sekolah di TK juga sangat sedikit," tandanya.