Yogyakarta, IDN Times - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memprioritaskan siswa dari keluarga kurang mampu agar lebih efektif dan tidak terlalu membebani keuangan negara. Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Wisnu Setiadi Nugroho menyebut program berskala nasional itu berisiko mengalami pemborosan karena sifatnya yang universal.
Anak-anak dari keluarga mampu pun menerima manfaatnya meskipun sebenarnya tidak membutuhkan.
"Sulitnya pemantauan terhadap kualitas makanan juga menjadi tantangan tersendiri. Sulit untuk memastikan bahwa setiap makanan yang disajikan benar-benar memenuhi standar gizi dan kualitas yang ditetapkan," ujar dia, Selasa (11/3/2025).
Menurut Wisnu, dengan anggaran yang terbatas, program itu sebaiknya difokuskan pada anak-anak dari keluarga kurang mampu terlebih dahulu. Selain itu, Wisnu juga mengusulkan alternatif lain seperti pemberian subsidi bahan pangan bagi keluarga miskin, voucher makanan, atau insentif bagi sekolah untuk menyediakan makanan bergizi dengan pendanaan yang lebih fleksibel.