Warga Jogja Gelar Larung Sangkala untuk Buang Sifat Negatif

Kenakan hidung pinokio sebagai kritik pada penguasa

Intinya Sih...

  • Masyarakat DIY gelar prosesi Larung Sangkala untuk membuang sifat buruk jelang Ramadan.
  • Prosesi dimulai dari Tugu Pal Putih, dengan doa tolak bala dan mengenakan hidung Pinokio.
  • Larung Sangkala ingin ajak refleksi diri, membuang sifat buruk, dan pesan untuk pemerintah.

Yogyakarta, IDN Times - Masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang tergabung dalam Komunitas Patembayan Nusantara menggelar prosesi Larung Sangkala untuk membuang sifat buruk manusia jelang bulan suci Ramadan. Sejumlah orang yang ikut dalam prosesi Larung Sangkala ini juga mengenakan hidung Pinokio sebagai simbol banyak penguasa yang kerap bohong, dan diharap dengan Larung Sangkala hal-hal negatif itu juga hilang.

Prosesi Larung Sangkala sendiri dimulai dari kawasan Tugu Pal Putih, Sabtu (9/3/2024) sore. Kemudian masyarakat yang ikut Larung Sangkala ini melakukan doa tolak bala dan berjalan kaki menuju Kali Code. 

1. Kenakan hidung pinokio sebagai simbol banyak penguasa kerap bohong

Warga Jogja Gelar Larung Sangkala untuk Buang Sifat NegatifLarung Sangkala, Jumat (9/3/2024). (Dok. Istimewa)

Masyarakat yang mengikuti prosesi ini juga mengenakan hidung Pinokio, sebagai simbol banyak penguasa yang ingkar janji, atau berbohong kepada masyarakat. Pengingkaran terhadap nilai etika, moral, massif terjadi. 

"Bahkan dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara, kebohongan, sikap culas, korupsi, kolusi, nepotisme, manipulasi, hingga permufakatan jahat dipertontonkan. Tanpa rasa malu oleh para penyelenggara negara yang semestinya menjadi panutan masyarakat luas," ungkap Koordinator Komunitas Patembayan Nusantara, Bayu Malam.

2. Membuang berbagai hal negatif

Warga Jogja Gelar Larung Sangkala untuk Buang Sifat NegatifLarung Sangkala, Jumat (9/3/2024). (Dok. Istimewa)

Bayu Malam mengatakan prosesi Larung Sangkala ini ingin mengajak segenap komponen bangsa untuk melakukan refleksi diri, dan membuang sifat buruk manusia, agar kehidupan serta semesta dapat terwujud dengan baik. Dengan membacakan mantra doa Larung Sesaji sesampainya di atas jembatan Gondolayu, masyarakat membuang hal-hal negatif ke sungai, yang diindentikkan sungai akan membawa hal-hal negatif itu hingga sampai ke laut selatan.

"Prosesi digelar menjelang bulan suci Ramadan dengan khidmat, sekaligus menjadi momentum untuk membuang hal-hal buruk, dan menjadi refleksi bersama sebagai sebuah bangsa," ujar Bayu Malam.

Baca Juga: Siapkan Rp4,5 Triliun, BI DIY Akan Buka Penukaran Uang untuk Lebaran

3. Doa untuk kebaikan bangsa

Warga Jogja Gelar Larung Sangkala untuk Buang Sifat NegatifLarung Sangkala, Jumat (9/3/2024). (Dok. Istimewa)

Dijelaskan Bayu Malam dalam mantra yang dibacakan berisi doa dalam bahasa Jawa Sansekerta, Jawa Kuno. Doa yang dibacakan merupakam permintaan kepada Tuhan agar melindungi bangsa Indonesia bisa selamat dari bahaya.

"Ini juga pesan untuk pemerintah. Semoga menjadi pemerintah yang bersih, adil. Mempunyai jiwa kesatria berani menunjukkan hal-hal yang positif, kepada masyarakat. Tentu saja dalam upaya pemulihan Pemilu ini agar lebih baik, tidak lagi mempertontonkan hal-hal yang membuat masyarakat kecewa," ungkap Bayu Malam.

Baca Juga: Korban Apartemen Malioboro City Minta Bantuan Sri Sultan HB X

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya