UGM Ancam Keluarkan Mahasiswa Jika Manipulasi Data KIPK
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Universitas Gadjah Mada (UGM) mengancam memberi sanksi tegas bagi mahasiswa yang memanipulasi data Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK). Sanksi terberat, mahasiswa bisa dikeluarkan dari kampus.
"Memberi data yang tidak betul, salah satu paling berat dikeluarkan, drop out," ungkap Sekretrari UGM, Andi Sandi.
1. Mahasiswa bisa dikeluarkan jika terbukti memanipulasi data
Andi Sandi menjelaskan pada saat mahasiswa mengunggah data untuk KIPK terdapat verifikasi, yang menyatakan data yang diunggah adalah benar. Jika terdapat kesengajaan mengisi data tidak benar, maka UGM akan mengeluarkan sanksi dan akan mencabut KIPK.
"Ada info statement data itu benar (data yang diunggah mahasiswa), dan apabila ada kekeliruan atau kesengajaan (memanipulasi data), UGM bisa sampai dengan tindakan mengeluarkan," ungkap Andi Sandi, pada Jumat (3/5/2024).
2. Ketidakjujuran rugikan mahasiswa lain
Andi Sandi mengungkapkan ketidakjujuran mahasiswa dalam pengisian data KIPK bisa berdampak besar. Tidak hanya nama UGM, mahasiswa yang seharusnya menerima hak turut terkena. "Mengambil hak orang lain yang harusnya mendapat pendidikan tinggi," ungkap Andi Sandi.
Andi Sandi menyebut pihak kampus bersikap terbuka, jika terdapat aduan ketidaksesuaian penerima KIPK. "Pihak kampus sebatas mengusulkan penerima KIPK, yang menetapkan diterima atau tidak dari Kementerian," lanjutnya.
Baca Juga: Puluhan Mahasiswa UGM Gadai dan Jual Barang untuk Bayar UKT
3. UGM telusuri sejumlah aduan
Andi Sandi mengakui terdapat beberapa aduan terkait KIPK yang dinilai tidak tepat sasaran. Pertama aduan mahasiswa penerima KIPK, dilaporkan melihat konser di luar negeri, setelah ditelusuri mahasiswa tersebut mendapatkan beasiswa Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) di Inggris. "Jadi dapat beasiswa untuk Student Mobility Award. Jadi bukan karena dia punya duit lebih," ujar Andi Sandi.
Aduan kedua mahasiswa penerima KIPK memiliki mobil. "Jadi ada yang KIPK tapi naik mobil pakai handphone ini, ganti terus. Ini yang ditelusuri," katanya.
Andi Sandi menambahkan dimungkinkan ada perbaikan sistem lebih detail tentang penerima, namun tidak menambah tahapan. Menurutnya dengan penambahan tahapan, akan perlu tambahan waktu. "Tidak tepat (menambah tahapan), untuk teman-teman yang membutuhkan. Ini sistemnya kami perbaiki," ungkap Andi Sandi.
Baca Juga: Tumpukan Sampah Masih Ditemukan di Jalanan Jogja, Mengapa?