Sri Sultan Yakin Penguatan Literasi Mampu Atasi Kemiskinan

Sri Sultan ajak masyarakat perkuat literasi

Yogyakarta, IDN Times - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X mendukung acara Peer Learning Meeting (PLM) Nasional 2023, yang diselenggarakan oleh Perpusnas RI, di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center, Sleman, Rabu (20/9/2023). 

Sri Sultan menyebut saat ini masyarakat terjebak dalam tren information flood. Hal ini mengakibatkan masyarakat terjebak dalam misinformasi, disinformasi, dan mal-informasi. “Saat ini berita bohong lebih cepat menyebar daripada berita asli. Bahkan 1 persen dari berita bohong yang paling populer berhasil menjangkau 1.000 - 10.000 pengguna, sementara berita asli sangat jarang menjangkau 1.000 pengguna,” ujar Sri Sultan.

Hal tersebut menjadi alasan mengapa literasi dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Penguatan literasi ini wajib didukung oleh perpustakaan yang berdayaguna, sehingga mampu membentuk tatanan masyarakat Indonesia yang lebih cerdas. Sehingga wajib bagi masyarakat untuk meningkatkan budaya baca dan optimalisasi potensi perpustakaan.

1. Literasi bertautan dengan ekonomi dan kesejahteraan

Sri Sultan Yakin Penguatan Literasi Mampu Atasi KemiskinanGubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Dok. Istimewa)

Saat ini, literasi berkaitan erat dengan tingkat ekonomi dan kesejahteraan. Tingkat literasi menunjukkan kualitas pendidikan. Masyarakat yang berpendidikan, umumnya mendapatkan penghasilan layak dan lebih melek terhadap teknologi. Masyarakat dengan tingkat literasi rendah, cenderung mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dengan bayaran yang layak dan untuk promosinya.

Semakin tinggi tingkat literasi, semakin tinggi standar hidup yang dapat diraih. Oleh karenanya, pendidikan dasar perlu diprioritaskan, agar anak-anak bisa mendapatkan fondasi literasi yang baik. Selain itu, literasi dapat mengangkat masyarakat dari jurang kemiskinan.

“Literasi tidak hanya memperkaya kehidupan individu, tetapi juga menciptakan peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan keterampilannya. Ini juga salah satu indikator kunci dari kondisi ekonomi, karena menjadi indikator kualitas sumber daya manusia,” jelas Sri Sultan.

2. Upaya meningkatkan kualitas SDM

Sri Sultan Yakin Penguatan Literasi Mampu Atasi KemiskinanKepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando. (Dok. Istimewa)

Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando mengatakan, acara ini digelar dengan tujuan untuk mengimplementasikan amanat Presiden RI dalam peningkatan kualitas SDM. Kemampuan aksesibilitas literasi di Indonesia masih kurang. Bahkan dari 10.000 responden anak Indonesia, hanya 15 persen yang memahami informasi dari teks yang dibaca. Hal ini tentu sangat memprihatinkan.

“Masih banyak peserta didik kita yang betul-betul belum memahami makna dari isi tulisan yang dibacanya. Ini yang harus kita perbaiki,” kata Syarif.

Terkait dengan menggandeng banyak pihak pada acara penguatan literasi ini, Syarif menjelaskan, literasi digital ini akan mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi. Hal itulah yang membuat pihaknya menggandeng Kementerian Koperasi dan UKM RI untuk meningkatkan literasi para pelaku perekonomian. Pemula yang belum punya usaha yang karena keterbatasan keterampilan dan skill itu mereka kesulitan untuk membuka usaha mikro.

Baca Juga: 5 Perpustakaan di Jogja, Nyaman dan Nambah Wawasan

3. Ilmu-ilmu terapan jadi hal yang penting

Sri Sultan Yakin Penguatan Literasi Mampu Atasi KemiskinanPeer Learning Meeting (PLM) Nasional 2023, yang diselenggarakan oleh Perpusnas RI, di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center, Sleman, Rabu (20/9/2023). (Dok. Istimewa)

Perpusnas juga bekerja sama dengan BKKBN guna menekan prevalensi stunting. Perpusnas RI memastikan diri untuk memberikan kontribusi dan support sumber informasi, serta mengimplementasikan ilmu-ilmu terapan bagi masyarakat.

“Kita menghadirkan BKKBN karena punya program bagus untuk mengentaskan stunting. Stunting juga diakibatkan oleh faktor-faktor keterbatasan-keterbatasan informasi,” ujarnya.

Syarif menegaskan, saat ini perpustakaan bersifat inklusif. Perpustakaan tidak lagi eksklusif melayani orang-orang yang ada di civitas akademika saja, tapi menyasar kepada masyarakat masyarakat pedesaan yang jumlahnya sangat besar. “Kami perpustakaan menjaga masyarakat, bukan sebaliknya, karena tidak ada lagi masyarakat yang ke perpustakaan, ini yang kita galakkan,” tutup Syarif.

Baca Juga: 6 Toko Buku Indie di Jogja, Asyik Jadi Tujuan Wisata Pencinta Buku

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya