Rumah Kebugaran Difabel Jadi Harapan Kesehatan Para Difabel

Beri layanan kesehatan dasar hingga terapi

Bantul, IDN Times - Rumah Kebugaran Difabel (RKD) di Jalan Bandut Kidul, Kalurahan Argorejo, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (14/10/2023), tampak lebih ramai dari biasanya. Bangunan yang berada di sebelah persawahan tersebut, orang-orang tampak berdatangan sedari pagi.

Dari orang tua hingga anak-anak tampak membaur. Ada yang datang menggunakan tongkat, ada yang menggunakan kursi roda dibantu orang tuanya. Orang-orang yang datang pun disambut dengan ramah oleh para petugas yang berjaga.

Pada hari itu, memang tengah ada kegiatan RKD bersama dengan Magister Teknik Biomedis Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk memberikan layanan pada difabel, keluarga difabel, hingga masyarakat sekitar RKD. Pengecekan kesehatan dasar hingga terapi diberikan. Fisioterapi menjadi salah satu layanan yang ditunggu. Sejumlah orang tua datang menemani anaknya untuk menjalani terapi. Terapis yang datang dari UGM dengan penuh kesabaran mulai melakukan terapi. Dari tangan hingga kaki diterapi.

Senyum hingga tawa dari difabel yang diterapi sesekali keluar. Seperti Armando (16) tampak menikmati terapi yang diberikan. Armando yang terkena hidrosefalus membuat sejumlah bagian tubuhnya kaku. Kaki dan tangannya tidak bisa leluasa bergerak, seperti anak seusia dirinya.

Menurut penuturan Ibunda Armando, Harinda, kondisi anaknya seperti saat ini sudah sejak usia empat tahun. Terapi menjadi pilihan yang diambil ibunda Armando agar kondisi anaknya lebih baik. "Susah bergerak ini. Dulu bisa guling-guling. Takutnya stuck gitu aja. Kalau lemes, bisa mandiri juga, apa-apa gak tergantung. Bisa mandiri, minum, makan, atau pindah tempat setidaknya," ujar Harinda.

Hadirnya layanan dari RKD untuk terapi, disebut Harinda sangat membantu. Lokasi yang dekat hingga manfaat dari terapi mulai dirasakan, meski baru dua kali Armando menjalani terapi. "Progres cukup baik lumayan agak lemes. Harapannya memang posisi tulang itu lebih baik, gak kaku banget," kata Harinda.

Seperti halnya Harinda, Siti Nurma berharap kondisi anaknya yang bernama Adam (9) bisa membaik. Adam menderita Cerebral Palsy, yang membuat gangguan motorik sejak lahir. Terapi menjadi pilihan yang diambil Siti untuk putranya Adam.

Siti Nurma juga turut merasakan manfaat hadirnya RKD. Layanan yang diberikan RKD dinilainya sangat bagus, dengan adanya layanan penjemputan. Setidaknya sudah lima kali Adam menjalani terapi di RKD. Meski belum sembuh total, namun progres mulai terasa.

"Kesembuhan total belum, tapi sekarang tidak gampang takut orang, lebih ekspresif. Progres baik, harapannya lebih baik, setidaknya gak ada kemunduran, ada progres lagi. Kalau gak terapi kan lebih kaku, entah gak bisa digerakin, gak lenturlah," ujar Siti Nurma.

Awal lahirnya Rumah Kebugaran Difabel

Rumah Kebugaran Difabel Jadi Harapan Kesehatan Para DifabelLayanan terapi di Rumah Kebugaran Difabel, Jalan Bandut Kidul, Kelurahan Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Sabtu (14/10/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Ketua Forum Penyandang Disabilitas Sedayu Pinilih, yang juga sebagai salah satu penggagas RKD, Tri Suhartini, menceritakan pendirian RKD tidak lepas dari berdirinya Forum Penyandang Disabilitas Sedayu Pinilih di tahun 2017. Forum ini digagas oleh sekelompok keluarga difabel dan difabel di Sedayu.

Melihat adanya ratusan difabel di Kecamatan Sedayu, Tri dan sejumlah orang lainnya merasa perlu ada semacam ruang bagi difabel untuk berkumpul dan beraktivitas yang positif. "Tujuannya adalah menyuarakan hak-hak difabel yang selama ini memang belum terpenuhi, baik pada bidang kesehatan, pendidikan, sosial, bantuan-bantuan, itu belum dirasakan betul oleh difabel," cerita Tri.

Seiring berjalannya waktu, layanan untuk para difabel semakin dekat. Setidaknya sudah ada empat kelompok difabel di empat desa yang ada di Sedayu, bisa  mengakomodasi kebutuhan difabel. Tidak hanya untuk membantu difabel mendapat haknya, difabel di Sedayu didorong lebih berdaya, baik pada ekonomi, maupun lebih berdaya dalam kesehatan.

Untuk mendukung kesehatan difabel, dibentuklah RKD pada tahun 2019. Awal mulanya untuk memberikan layanan terutama difabel yang membutuhkan terapi. "Kami tidak menamai rumah terapi, tapi rumah kebugaran, tujuannya bahwa teman-teman datang ke sini (RKD) dalam rangka ingin bugar, bukan saya sakit ingin disembuhkan. Kalau di sana mau terapi kesannya saya sakit. Kalau saya di sini datang untuk menjadi sehat menjadi bugar, itu tujuan rumah kebugaran ini," ujar Tri.

Hadirnya RKD ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. RKD berdiri di atas Tanah Kas Desa, dan bangunan milik Puskesmas. Berjalannya waktu RKD semakin representatif.

"Peralatan juga cukup komplit, karena kami dapat support dari CSR Pertamina melengkapi alat terapi dan bangunannya, agar layak gitulah untuk kegiatan-kegiatan, terutama di bidang kesehatan. Tahun ini juga membangun guiding block untuk teman netra ini. Ada rumah kreasi juga nanti untuk mengolah sampah," kata Tri.

Kerja sama dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi juga dibuka untuk mendukung berbagai kegiatan di RKD. "Ini benar-benar bergerak dari komunitas. Kesehatan berbasis komunitas ya, jadi yang menggerakkan teman-teman difabel dan keluarganya. Tidak ada supporting operasional rutin, sehingga kami bekerja sama dengan banyak pihak untuk bersama-sama menggerakkan rumah kebugaran ini," ungkap Tri.

Empat tahun berjalan, bukan hal yang mudah bagi RKD untuk bisa bertahan. Tri mengungkapkan sejumlah tantangan kerap dihadapi RKD. Tantangan mulai dari internal, keluarga difabel sendiri. Belum semua memiliki kesadaran untuk melakukan terapi, sehingga pengurus RKD harus membujuk. Menjalani terapi memang harus penuh kesabaran, harus rutin.

Di sisi lain, petugas yang bisa memberikan terapi juga terbatas. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) membuat layanan rutin terapi hanya bisa dilakukan setiap Sabtu, atau ada tambahan ketika ada kerja sama dengan pihak lain. Tambahan SDM untuk memberikan terapi pun masih sangat diperlukan.

Tantangan bukan berarti menghentikan langkah RKD. Langkah nyata dari para relawan yang bergerak memberi dukungan untuk RKD membuat manfaat RKD telah dirasakan oleh difabel dan keluarga difabel. "Dampak benar-benar dirasakan teman-teman, memiliki ruang terapi yang nyaman, kemudian yang murah, terjangkau, dekat dengan mereka," tutur Tri.

Tri mengharapkan ke depan RKD dapat semakin memberikan layanan yang baik kepada difabel. Seperti layanan fisioterapi tidak hanya seminggu sekali, tetapi bisa lebih intens. "Kami berharap semakin ada perhatian dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan yang khusus di sini, ada kegiatan rutin tidak hanya event tertentu," harap Tri.

Area Manager Communication, Relation & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, mengungkapkan saat pandemik COVID-19, penyandang difabel menjadi kelompok yang rentan dan mengalami penurunan kesehatan karena kesulitan melakukan pemeriksaan saat pandemi. "Berangkat dari permasalahan tersebut Fuel Terminal Rewulu melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, dengan mewujudkan RKD," ujar Brasto.

Pertamina Patra Niaga dengan berbagai pihak terkait menyelenggarakan kegiatan untuk mewujudkan RKD semakin representatif. Berbagai kegiatan seperti pelatihan, pemeriksaan kesehatan dasar, pelatihan akupresur, dan pelatihan manajemen layanan kesehatan untuk para kader RKD dijalankan.

"Pada tanggal 29 juni 2021 Fuel Terminal Rewulu meresmikan program RKD. RKD untuk memberikan layanan kesehatan difabel yang menurun kesehatannya di masa pandemi awalnya. Sekarang para difabel bisa mendapat layanan yang mudah dan terjangkau di RKD meliputi kesehatan dasar, akupresur, fisioterapi, dan konseling medis," jelas Brasto.

Seiring berjalannya waktu, RKD tidak hanya untuk memberi layanan kesehatan, tetapi juga berupaya meningkatkan kesejahteraan difabel dengan memberi fasilitas budidaya jamur, dan pengembangan batik. "Harapannya meningkatnya kesehatan difabel, kemampuannya, dan kesejahteraannya," harap Brasto.

Baca Juga: Suluh Sumurup Art Festival, Gegandengan Pamerkan Seni Ekspresi Difabel

Sinergi berbagai pihak bantu difabel dan keluarga

Rumah Kebugaran Difabel Jadi Harapan Kesehatan Para DifabelLayanan kesehatan di Rumah Kebugaran Difabel, Jalan Bandut Kidul, Kelurahan Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Sabtu (14/10/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Sedayu, Aji Muhminarno, mengungkapkan di Kecamatan Sedayu tercatat ada 500-600 difabel, baik yang produktif maupun tidak. Adanya Forum Penyandang Disabilitas Sedayu Pinilih, termasuk Rumah Kebugaran Difabel, diakuinya sangat membantu para difabel maupun keluarga difabel.

"Jadi terorganisir dan di situ menumbuhkan kemandirian, kepercayaan diri pada difabel. RKD juga membantu yang agak parah, belum banyak tersentuh, mereka terkadang terkendala kalau mau terapi. Hadirnya RKD sebagai inovasi, solusi," ungkap Aji.

Aji juga mengakui upaya pemberdayaan difabel bukan tanpa kendala. Perlu kesabaran ekstra untuk itu. Selain itu, juga perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak. "Ini peran CSR Pertamina juga, dukungan kampus, dan berbagai pihak lain," ujarnya.

Dosen Magister Teknik Biomedis Sekolah Pascasarjana UGM, Dyah Listyarifah, mengungkapkan civitas akademika juga mencoba mengambil peran untuk membantu difabel. Salah satunya berkolaborasi dengan RKD, memberikan layanan pengecekan kesehatan dan terapi.

Pihaknya juga mencoba membuat video dan leaflet yang berisi panduan untuk terapi difabel yang sederhana. Harapannya dengan panduan sederhana tersebut bisa digunakan keluarga difabel memberi terapi di rumah. Terapi rutin bisa membuat kondisi difabel lebih baik.

"Kadang terapi gak berjalan intensif, menyebabkan perkembangan difabel tidak maksimal. Melalui video dan leaflet ini bisa digunakan keluarga yang punya difabel. Sehingga bisa latihan rutin," ujar Dyah.

Selain memberikan terapi kepada difabel, pemeriksaan kesehatan kepada difabel, RKD juga melakukan pemeriksaan kesehatan bagi keluarga difabel dan masyarakat. "Penting untuk memperhatikan kondisi keluarga juga, terkadang ada yang merasa depresi, capek juga sehingga perlu perhatian. Untuk masyarakat sekitar kami juga menggerakkan agar lebih peduli," ungkap Dyah.

Baca Juga: Yayasan Rumpun Nurani Berbagi Kebahagiaan dengan Ayah Difabel  

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya