Dari Pekerja Migran, Usaha Bambang Kini Beromzet Rp500 Juta per Bulan

Buka peluang kerja untuk orang-orang yang tidak beruntung

Sleman, IDN Times - Berbagai usaha pernah dijalani pria bernama Bambang Sutrisno. Mulai dari barang bekas, warteg, warung kelontong hingga donat keliling. Usahanya secara tidak langsung membawanya bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Saat berjualan donat keliling itu, Bambang tidak sengaja mendengar obrolan emak-emak di sekitar tempat jualannya di wilayah Turi, Sleman. Saat itu, Bambang mendengar obrolan dari emak-emak itu, bahwa ada orang yang sukses saat menjadi pekerja migran.

Dari mendengar obrolan tersebut Bambang pun tertarik untuk bertanya. Ia berpikir bisa jadi dengan berangkat ke luar negeri, dirinya bisa mengatasi masalah yang ia hadapi dalam membangun usaha.

"Perlu modal pengembangan. Kalau utang di bank gak mungkin, gak punya apa-apa. Awalnya ingin berangkat ke Brunei atau Malaysia awal. Hingga akhirnya ke Korea itu tahun 2005 berangkat," ujar Bambang, Sabtu (11/2/2023).

1. Mulai mencoba membangun usaha

Dari Pekerja Migran, Usaha Bambang Kini Beromzet Rp500 Juta per BulanPemilik CV Prasodjo, Bambang Sutrisno menjelaskan usahanya. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Pada awalnya Bambang bekerja di Korea selama tiga tahun, namun dengan berbagai pertimbangan ia memperpanjang selama tiga tahun lagi. Pada 2011 ia kembali ke Indonesia, dan menjajal membangun usaha kembali. Namun, usaha ikan gurami yang ia buat juga tidak berjalan mulus. Serangan virus membuat ikan mati.

"Petani binaan saya bangkrut. Awalnya menggantungkan pertanian perikanan, ternyata tidak bisa. Punya utang ke saya mau melunasi utang. Tidak perlu utang, perjanjian dua orang, mas punya usaha keterampilan apa, saya lunasi. Lalu, ngajari membuat kulit lumpia, pemasaran gimana, anggap lunas hutang dia," ujar Bambang.

Sejak saat itulah, Bambang mulai mengembangkan usaha kulit lumpia di rumahnya di Sembuh Wetan, Sidokarto, Godean, Sleman. Dirinya berusaha memperbaiki kesalahan dari pemilik lama usaha kulit lumpia ini. Melihat tren pasar yang baik, ia pun melakukan diferensiasi usaha. Ia kemudian mengembangkan kulit pangsit goreng, kuah, dan berbagai produk makanan lainnya.

Tidak hanya dari produk yang ia buat sendiri. Namun, di bawah CV Prasodjo milik Bambang, berbagai produk UMKM juga ia terima untuk bantu menjual. Berbagai produk yang ia miliki pun telah masuk di berbagai supermarket, tidak hanya di DIY, tapi juga Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta.

2. Omzet ratusan juta buka peluang kerja

Dari Pekerja Migran, Usaha Bambang Kini Beromzet Rp500 Juta per BulanPemilik CV Prasodjo, Bambang Sutrisno menjelaskan usahanya. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Kini usaha yang dikembangkan oleh Bambang telah mengantongi omzet hingga Rp500 juta setiap bulannya. Ia juga membuka peluang pekerjaan bagi orang sekitar tempat usahanya, mantan pekerja migran lain, hingga orang-orang yang kurang beruntung.

"Mereka yang menjadi korban KDRT, broken home, bekerja di sini. Agar mereka bisa kembali ke masyarakat lagi. Rehabilitasi mental mereka langsung dengan srawung masyarakat. Mereka di sini dihargai, gak dipandang sebelah mata. Pekerja lain juga sudah saya beri tahu untuk merangkul, ngopeni, biar percaya diri," ujar Bambang.

Dari CV Prasodjo yang memiliki arti sederhana, upaya-upaya yang dilakukan Bambang bukan hal sederhana. Segala upayanya penuh pengorbanan. Hingga kini usahanya terus berkembang. Total keseluruhan ada 30 orang yang bekerja dengan Bambang saat ini.

Dirinya masih memiliki keinginan untuk terus mengembangkan usahanya. Sehingga semakin banyak juga orang yang bisa bekerja. Seperti ia mengingat saat pandemi COVID-19, banyak usaha yang bangkrut, namun usahanya justru berkembang dan bisa menjadi tempat berlabuh orang-orang yang kehilangan pekerjaan.

3. Pengalaman di Korea menjadi bekal

Dari Pekerja Migran, Usaha Bambang Kini Beromzet Rp500 Juta per BulanBambang Sutrisno (kedua dari kanan) menunjukkan produk CV Prasodjo. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Dalam mengembangkan usahanya saat ini, juga tidak bisa dilepaskan dari pengalamannya bekerja di Korea. Ia juga menyebut setelah enam tahun (2005-2011) ia di Korea, dirinya sebenarnya sempat kembali lagi ke Korea, dari 2013 hingga 2016. Ia kembali belajar dan menambah modal untuk mengembangkan usaha.

Menurut Bambang, banyak hal yang bisa dipelajari selama di Korea. Mulai dari pengelolaan perusahaan yang terstruktur. Kemudian, perhatian kepada para pekerjanya, hingga dalam menjaga kualitas produk. Disebutnya hal-hal tersebut juga diterapkan dalam perusahaan saat ini.

Untuk mengembangkan usahanya, Bambang juga menyebut pada era saat ini harus mengikuti perkembangan zaman yang ada. Berbagai kanal media sosial pun ia manfaatkan untuk mengenalkan produk-produknya. Ia juga menyebut tidak hanya ingin mengembangkan usahnya sendiri. Dirinya membuka peluang kepada siapa saja untuk belajar membuat usaha.

4. BP2MI dukung PMI purna kembangkan usaha

Dari Pekerja Migran, Usaha Bambang Kini Beromzet Rp500 Juta per BulanKepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani mengapresiasi berbagai bisnis usaha yang dikembangkan oleh PMI purna. Dikatakannya sebagai wujud dukungan BP2MI telah membentuk Perwira PMI atau Perkumpulan Wirausaha PMI Purna.

Setidaknya ada tiga hal yang akan dilakukan BP2MI. Pertama bantuan modal usaha. "Bukan uang kita, tapi kita punya mitra. Contoh perbankan pemerintah itu ada program KUR, ada program pengembangan UMKM. Kalau tidak jalan masalah buat mereka. Kami menawarkan ke orang atau kelompok usaha," ujarnya.

Selain itu, Benny juga menyebut pihaknya berupaya mendorong untuk membantu pemasaran produk-produk pelaku usaha. "Melakukan pelatihan update pengetahuan, agar mereka juga melek teknologi," kata Benny.

Baca Juga: Pandemik Usai, Perajin Batik Kayu di Krebet Bantul Bangkit Lagi

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya