Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pasca Mahasiwa Bunuh Diri di Hotel, UGM Siapkan Langkah Pencegahan

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni, Arie Sujito. (IDN Times/Herlambang Jati)

Sleman, IDN Times - Universitas Gadjah Mada (UGM) mengaku permasalahan kondisi mental seseorang seperti fenomena gunung es, sehingga perlu upaya dari banyak pihak untuk mencegah problem masalah mental. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni, Arie Sujito mengatakan salah satunya adalah kasus bunuh diri mahasiswa UGM di sebuah hotel di Jalan Colombo, Sleman, Sabtu (8/10/2022). 

"Kalau peristiwa kemarin sudah didalami memang ada problem ya, ada masalah pribadi dan kami tidak mau mengeksploitasi itu, tapi universitas merasa ini problem serius," kata Arie Sujito saat ditemui di UGM, Selasa (11/10/2022).

 

1. Fakultas di UGM mulai berikan konsultasi

Universitas Gadjah Mada. (Dok. Humas UGM)

Arie menyebut UGM berupaya untuk melakukan langkah pencegahan berupa diagnosis atas situasi ini dari sisi medis maupun dari sisi sosial. Baik itu dari basis keluarga maupun studi. Ia menyebut beberapa fakultas sudah melakukan upaya memberikan konsultasi.

"Barangkali potensi itu bisa terjadi pada siapa pun atas dasar itu, kami di tingkat universitas mengajak para dekanat untuk mencoba merumuskan upaya pendampingan pada mereka dan kami mau memperkuat komunitas, karena situasi anak mahasiswa dengan tekanan oleh penyebab apapun tidak bisa dianggap hal remeh. Kelihatannya ini nanti seperti (fenomena) gunung es," ucap Arie.

2. Perkuat komunitas dilakukan pendampingan antar teman

ilustrasi berteman (unsplash.com/Brooke Cagle)

Arie mengatakan antisipasi yang dilakukan berupa pendampingan dari rekan-rekan mahasiswa lainnya. "Akan mengembangkan juga model pendampingan oleh mahasiswa, ada peer group yang saling bantu. Supaya tanggung jawab universitas itu menjadi bagian gerakan bersama," kata Arie.

Beberapa fakultas, menurut Aris saat ini sudah menyediakan layanan konsultasi. "Tetapi tidak cukup hanya memberi layanan dari institusi, tanpa ada pendampingan oleh komunitas apakah itu himpunan mahasiswa jurusan, atau angkatan didesain supaya orang mendeteksi mendiagnosis, orang gak mungkin terus terang kalau dia sakit," ujarnya

3. Membangun pendidikan yang ramah dan humanis

Sosiolog UGM, Ari Sutjito / tangkapan layar diskusi Penggunaan Danais

Menurutnya perlu membangun pendidikan yang ramah dan humanis serta peran serta masyarakat. "Medsos saat ini kan sangat ekspresif, terbuka, belum tentu mereka siap menghadapi tekanan itu.

"Setidaknya membutuhkan konsultasi, perlu komunitas yang mampu meyakinkan bahwa dirinya tidak sendiri, sehingga mampu memecahkan masalah yang dihadapi," ujar Arie.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Herlambang Jati Kusumo
EditorHerlambang Jati Kusumo
Follow Us