Menengok Taru Martani, Pabrik Cerutu Berusia lebih 1 Abad di Jogja

Sri Sultan hingga Che Guevara menikmati cerutu Taru Martani

Yogyakarta, IDN Times - PT Taru Martani di Jogja menjadi pabrik cerutu yang berusia lebih dari satu abad, tepatnya 105 tahun. Dibangun sejak tahun 1918, catatan sejarah panjang ditorehkan. Taru Martani tetap eksis hingga saat ini, terus berkembang dan menyesuaikan zaman.

Menggunakan berbagai tembakau nusantara pilihan, tangan-tangan terampil menyulapnya menjadi cerutu yang menjangkau hingga pasar ekspor. Cerutu yang dulu identik dengan kalangan atas, kini bisa dinikmati semua orang.

IDN Times mengunjungi langsung proses pembuatan cerutu di pabrik yang terletak di Jalan Kompol Bambang Suprapto, Baciro, Kota Yogyakarta, dan berbincang dengan Direktur Utama PT Taru Martani, Nur Achmad Affandi. Berikut wawancara IDN Times dengan nahkoda Taru Martani. 

 

Taru Martani pabrik cerutu berusia 105 tahun, berada di tengah Kota Yogyakarta, atau hanya 10 menit berjalan kaki dari Stasiun Lempuyangan. Tapi tidak banyak yang mengetahui

Menengok Taru Martani, Pabrik Cerutu Berusia lebih 1 Abad di JogjaPabrik cerutu Taru Martani terletak di Jalan Kompol Bambang Suprapto, Baciro, Kota Yogyakarta, (IDNTimes/Paulus Risang)

Ya betul, pabrik ini didirikan tahun 1918 yang dulunya bagian dari perusahaan multi nasional di Belanda, N.V. Negresco. Kemudian mendirikan pabriknya di Indonesia (di Jogja) dengan nama N.V. Negresco. Luas lahan 2,5 hektare, luas bangunan yang masuk heritage atau cagar budaya 8.920 meter.

Sejak didirikan tahun 1918, memang orientasi pasarnya untuk ekspor. Data di kami dikirimkan ke Hungaria, Jerman, dan negara di Eropa lainnya. Saat itu memproduksi konsisten sampai zaman Jepang, diambil alih Jepang orientasinya ekspor. Kemudian zaman kemerdekaan diambil alih oleh Pemerintah RI, dinasionalisasi, dan diserahkan ke Pemda DIY.

Menteri Perekonomian (Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri) saat itu Ngarsa Dalem, Sri Sultan HB IX, tahun 1972 memberi nama Taru Martani, yang berasal dari bahasa Sansekerta. Taru artinya daun atau tumbuhan, Martani itu kehidupan. Mungkin maksudnya secara filosofis perusahaan ini dengan industri tembakau dari daun-daunan, harapannya bisa memberi kehidupan kepada semua orang. Ternyata itu betul menjadi doa, sejak 1918 sampai sekarang 105 tahun perusahaan ini terus berproduksi tanpa henti.

Nah mungkin kalau banyak anak muda yang tidak tahu, karena memang pasar cigar (cerutu) itu segmented ya. Jadi orang-orang yang mapan menikmati cerutu, kemudian lebih banyak ekspor. Jadi kegiatan sosial di dalam negeri itu relatif kecil. Nah pasar cigar atau cerutu terus berkembang sesungguhnya, tetapi perusahaan yang memproduksi cerutu juga semakin banyak.

Tahun 1918 ketika didirikan pabrik cerutu dengan nama Negresco di Jogja itu yang pertama di Asia Tenggara. Tetapi dalam perkembangannya di Indonesia saat ini yang memproduksi cigar minimal tujuh perusahaan yang resmi.

Apakah saat ini cerutu masih untuk kalangan tertentu dan harganya premium?

Menengok Taru Martani, Pabrik Cerutu Berusia lebih 1 Abad di JogjaProduk cerutu Taru Martani Jogja (IDNTimes/Paulus Risang)

Dalam perkembangannya cerutu tidak hanya untuk orang mapan. Kita belajar dari permintaan pasar di Spanyol, Itali, sering mengorder cerutu dengan ukuran kecil. 

Produksi di Taru Martani saat ini yang paling kecil namanya cigarillos, di atasnya ada ekstra cigarillos. Kemudian ada panetela, half corona, corona, sampai paling besar itu grand robusto.

Nah umumnya yang menikmati ukuran-ukuran besar itu para penikmat cerutu yang sudah mapan secara emosional maupun secara income, tetapi yang anak-anak muda ini sebagai gaya hidup. Mereka juga ingin menghisap cigar tapi ukurannya yang kecil, cigarillos, ekstra cigarillos, half corona, corona.

Nah belajar dari pasar internasional, kok banyak yang bilang mereka pengin menikmati cerutu bisa gak, akhirnya kita buat. Jadi di bagian produksi kita, agar bisa diminati oleh pasar, akhirnya ada rasa rum, vanila, kopi. Itu permintaan semakin besar. Di pasar domestik, lokal juga permintaannya besar.

Baca Juga: Taru Martani 1918, Pabrik Cerutu Kesukaan Sri Sultan

Banyak yang berpikir cerutu mahal, bagaimana dengan produk dari Taru Martani?

Menengok Taru Martani, Pabrik Cerutu Berusia lebih 1 Abad di JogjaPekerja sedang melinting tembakau menjadi cerutu di Pabrik Taru Martani (IDNTimes/Febriana Sinta)

Ini tembakau Indonesia nusantara, ini berdiri di atas lahan sudah tersedia sejak dari dulu, terus mesinnya relatif mesin lama, yang dari sisi bisnis tidak banyak yang harus kita depresiasi. Tidak banyak yang harus kita susutkan sehingga HPP relatif murah.

Taru Martani menggunakan tembakau nusantra yang kita peroleh dari seluruh potensi petani di Indonesia, dengan demikian tidak begitu mahal. Tetapi untuk negara-negara lain yang bukan tropis, mereka kan impor, jadi banyak tembakau di Indonesia itu diimpor ke negara-negara penghasil cigar.

Bagaimana pilihan daun tembakau untuk cerutu Taru Martani?

Menengok Taru Martani, Pabrik Cerutu Berusia lebih 1 Abad di JogjaProses produksi di pabrik Cerutu Taru Martani 1918 (IDN Times/Dyar Ayu)

Kita menggunakan daun lembaran, ada standar yang ditetapkan produksi. Upamanya lebarnya, warnanya, uratnya. Rata-rata kalau satu batang itu ada 25 daun, itu biasanya daun pertama hingga tujuh gak digunakan biasanya akan gugur. Yang digunakan daun ke delapan hingga sembilan belas. Jadi kita memang memilih, kualitas.

Kemudian macem-macem daun tembakau, memiliki karakter rasa, maupun warna, jadi ada jenis virgina yang bagus itu dari Lombok, walau di tempat lain ditanam, kami relatif menggunakan dari lombok. Pembungkusnya dari PTPN Klaten, di sana benih bagus, dipupuk jumlahnya tepat, waktu tepat. Jadi sebelum sampai di sini produksi dan bagian pengadaan mengadakan grading di tengkulak petani, yang memenuhi kriteria lebarnya, panjangnya, kalau memenuhi baru dikirim ke sini (Taru Martani). Satu cerutu rata-rata lima hingga tujuh jenis tembakau dari banyak daerah.

Berapa harga cerutu produksi Taru Martani?

Menengok Taru Martani, Pabrik Cerutu Berusia lebih 1 Abad di JogjaCerutu Taru Martani yang baru saja selesai dilinting (IDNTimes/Febriana Sinta)

Cerutu itu dari sisi filler isi, ada dua jenis. Ada short filler itu tembakau yang dicincang, tidak dirajang, jadi ukuran kecil sebesar potongan kertas itu. Kira-kira diameter 1-2 cm. Itu relatif ringan. Ada cerutu yang filler long, filler daun utuh yang digulung-gulung, sedotannya relatif berat. Biasanya yang long filler itu cerutu ukuran besar, dan karena bahannya relatif mahal masuk kelas tinggi. Kalau harga ada Rp270 ribu hingga Rp400 ribuan.

Kecil jenis tembakau ringan, dinikmati sambil nongkrong. Kalau ukuran besar, orang membutuhkan waktu 1-2 jam untuk menghabiskan satu batang. Biasanya gak bisa ngobrol tempat umum, dalam waktu khusus biasanya dinikmati.

Bagi pemula mencoba ukuran yang kecil, kemudian sekarang ini perkembangannya dengan flavor rasa. Cerutu Taru Martani pasar domestik relatif pasarnya bagus, menggunakan food grade standar, standar makanan.

Cerutu Taru Martani menjadi favorit Sri Sultan. Produk mana yang dipilih?

Menengok Taru Martani, Pabrik Cerutu Berusia lebih 1 Abad di JogjaBlender's Gold, cerutu kesukaan Sri Sultan HB X (IDNTimes/Paulus RIsang)

Blender's Gold ini sangat favorit, direkomendasikan beberapa tamu. Tamunya repeat order, jadi betul yang dirasakan beliau itu enak. Jadi cerutu itu cara menikmatinya beda, ritualnya tidak seperti cigaret, kalau cigaret kan begitu dibuka langsung dihisap. Cerutu itu ditimang-timang dilihat, ringnya bagus gak, ring mempengaruhi selera. Setelah dilihat dibuka, dilihat lintingannya bagus gak. Dan umumnya penikmat cerutu, bilang lintingan Taru Martani termasuk yang rapi, karena mungkin dikerjakan pengrajin yang turun temurun. Sudah turunan ketiga, neneknya ibunya ke anaknya.

Kemudian mereka juga melihat warnanya, maka tadi saya bilang ini mereka juga menikmati warnanya, daun uratnya masih besar-besar. Kita itu muncul uratnya tapi gak terlalu besar. Dari situ kelihatan bahwa penikmat cigar itu penikmat barang kerajinan, maka yang bisa menghargai cigar, umumnya tahu cara menikmatinya. Proses produksi ceutu rata-rata 42 hari, mulai dari menyiapkan sampul, sampai diproduksi, difermenetasi, kemudian divakum dibersihkan sampai siap dipacking dan siap ke pasar rata-rata 42 hari sangat lama. Makannya, dalam strategi bsinis kami menjual sebagai barang kerajinan bukan barang industri.

Menengok Taru Martani, Pabrik Cerutu Berusia lebih 1 Abad di JogjaFoto Che Guevara yang berkunjung ke Taru Martani tahun 1959 (IDNTimes/ Paulus Risang)

Kami baru saja memproduksi Ernesto, itu produk baru. Inspirasinya Tahun 1959, Che Guevara pernah berkunjung. Kunjungan resmi ke Indonesia itu di Istana, Borobudur, dan Taru Martani. Cerutu yang diakui petinggi Kuba saat itu, artinya mengakui pabrik yang menghasilkan sesuatu yang baik. Karena pernah dikunjungi Ernesto Che Guevara, maka kita memproduksi dengan nama Ernesto.

Bagaimana cara menyimpan cerutu yang baik, agar terjaga kualitasnya?

Menengok Taru Martani, Pabrik Cerutu Berusia lebih 1 Abad di JogjaDirektur Utama PT. Taru Martani, Nur Achmad Affandi memperlihatkan macam cerutu yang diproduksi oleh Taru Martani (IDNTimes/Paulus Risang)

Cerutu itu akan stabil, baik dari sisi rasa, atau aman dari orang bilang lasioderma rayap yang menyerang kulit cerutu. Penyimpanan disimpan berkisar 18 hingga 21 derajat celcius, kemudian kelembaban antara 64 - 70. Tingkat kelembaban itu menjadikan cerutu lebih optimal dan rasa terjaga, aman dari lasderma. Jika tidak punya cigar humidor, bisa disimpan di kulkas, meski itu tidak terlalu disarankan, tapi lebih membantu cerutu terjaga, tidak terkena panas.

Beberapa menggunakan kemasan boks kayu, agar tidak terpengaruh suhu luar, apalagi ada kancingnya. Box kertas biasanya untuk yang segera dikonsumsi. Permintaan agen juga banyak yang meminta untuk beli satuan juga, maka menyediakan bijian, jadi boks besar rata-rata isinya 10 buah.

Pemilihan boks kayu lebih menjaga stabilitas suhu, ketika tidak punya cigar humidor, kotak penjaga kelembaban itu. Di kotak, disimpan kulkas dengan suhu antara 18-20 derajat, aman.

Ngarsa Dalem (Sri Sultan) juga meminta inovasi kotak kecil, kalau beli boks wira-wiri masak harus bawa boks, maka kita sediakan bijian. Satu hari bawa satu biji. Temen-temen marketing memproduksi tempat keren, dibuat single pack, satu batang dari kulit bagus, dibawa bergengsilah.

Dengan mempekerjakan sekitar 270 tenaga kerja, Taru Martani menghasilkan hingga 5 juta cerutu per tahun, 70 persen di antaranya dikirim untuk memenuhi pasar luar negeri negara seperti Belanda, Republik Ceko, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Perancis, Swiss, Australia, Asia dan negara-negara di Timur Tengah.

Baca Juga: Taru Martani 1918 Coffee, Sajikan Kopi sampai Cerutu Legendaris

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya