Kesehatan Reproduksi Meningkat, Indeks Ketimpangan Gender DIY Membaik 

Kesempatan pasar tenaga kerja belum merata

Yogyakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (BPS DIY) mencatat Indeks Ketimpangan Gender (IKG) DIY pada tahun 2023 menurun jika dibandingkan tahun 2022. Perbaikan ini terutama karena peningkatan capaian dimensi kesehatan reproduksi.

Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati mengatakan IKG tahun 2023 sebesar 0,142. Angka IKG tahun 2023 tersebut turun 0,098 jika dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 0,240. "Perbaikan ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan capaian dimensi kesehatan reproduksi," ujar Herum saat jumpa pers, Senin (6/5/2024).

1. Dimensi kesehatan reproduksi jadi faktor utama perbaikan IKG

Kesehatan Reproduksi Meningkat, Indeks Ketimpangan Gender DIY Membaik ilustrasi melahirkan di rumah (freepik.com/pch.vector)

Herum menambahkan perbaikan dimensi kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh indikator perempuan melahirkan hidup tidak di fasilitas kesehatan yang turun dari 1,6 persen tahun 2022 menjadi 0,0 persen pada tahun 2023.

Dimensi kesehatan reproduksi juga didukung oleh perbaikan indikator perempuan yang saat melahirkan hidup pertama berusia kurang dari 20 tahun. "Indikator tersebut turun dari 14,6 persen tahun 2022 menjadi 13,0 persen tahun 2023," jelas Herum.

2. Dimensi pemberdayaan juga semakin membaik

Kesehatan Reproduksi Meningkat, Indeks Ketimpangan Gender DIY Membaik Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati. (Dok. Istimewa)

Herum mengungkapkan dari dimensi pemberdayaan yang dibentuk oleh dua indikator yaitu persentase anggota legislatif dan persentase penduduk 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas menunjukkan peningkatan. Selama periode 2019-2023, persentase perempuan anggota legislatif meningkat dari 16,36 persen tahun 2019 menjadi 21,82 persen tahun 2023. Kondisi ini merepresentasikan peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan menjadi lebih setara.

Persentase penduduk perempuan usia 25 tahun ke atas berpendidikan SMA ke atas selama kurun waktu yang sama juga cenderung meningkat, yaitu 43,00 persen pada tahun 2019 menjadi 47,62 persen pada 2023 atau meningkat 4,62 persen poin. Sementara penduduk laki-laki berpendidikan minimal SMA mengalami peningkatan dari 50,84 persen pada tahun 2019 menjadi 52,12 persen pada 2023 atau meningkat 1,28 persen poin.

"Peningkatan pendidikan perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki membuat gap tingkat pendidikan antara perempuan dan laki-laki menyempit," ujar Herum.

Baca Juga: 5 Resto Ramah Anak di Jogja, Bikin Betah Bermain Bareng Keluarga

3. Kesempatan dalam pasar tenaga kerja belum setara

Kesehatan Reproduksi Meningkat, Indeks Ketimpangan Gender DIY Membaik ilustrasi pekerja perempuan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sementara itu dari dimensi pasar tenaga kerja direpresentasikan dengan indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK merupakan persentase banyaknya angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Selama tahun 2019-2023 TPAK laki-laki dan perempuan cenderung meningkat.

TPAK laki-laki pada tahun 2019 sebesar 81,85 persen meningkat menjadi 83,76 persen pada tahun 2023 (meningkat 1,91 persen poin). Sementara TPAK perempuan meningkat dari 63,95 persen pada tahun 2019 menjadi 64,75 persen pada tahun 2023 (meningkat 0,80 persen poin). "Peningkatan TPAK laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan perempuan menunjukkan kesempatan berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan yang belum setara," jelas Herum.

Baca Juga: Bowl-ling, Garden Resto Unik yang Kids Friendly di Jogja

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya