Kasus DBD di Kota Jogja Naik, Warga Diimbau Gencarkan PSN

Jogja belum miliki standar angka bebas jentik

Intinya Sih...

  • Kasus DBD di Kota Yogyakarta naik menjadi 99 kasus pada April 2024, dari 86 kasus pada tahun sebelumnya.
  • PSN 3M plus diperlukan untuk menekan angka kasus DBD dengan menguras, menutup, dan mendaur ulang barang yang berpotensi sebagai tempat berkembang biak nyamuk.
  • Kota Yogyakarta belum memiliki standar nasional angka bebas jentik (abs) dari Kementerian Kesehatan, PSN menjadi efektif dan efisien dalam mengurangi jentik nyamuk.

Yogyakarta, IDN Times - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan beberapa waktu terakhir. Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengimbau warga Kota Yogyakarta untuk rutin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M plus. 

"Tercatat hingga bulan April 2024 kasus DBD di Kota Yogyakarta sebanyak 99 kasus. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2023 sebanyak 86 kasus," ujar Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, Selasa (7/5/2024).

1. Angka kasus DBD dan upaya yang bisa dilakukan masyarakat

Kasus DBD di Kota Jogja Naik, Warga Diimbau Gencarkan PSNSalah satu pasien terlihat sedang berkonsultasi dengan dokter di Puskesmas Kraton mengenai penyakit yang diderita. (Dok. Istimewa)

Endang berharap, seluruh tenaga kesehatan untuk menggiatkan edukasi kesehatan publik sekaligus mengajak masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri.

"Secara umum memang sedikit naik kasus DBD di Kota Yogyakarta dibandingkan dengan tahun 2023. Kasus DBD pada bulan Januari ada 12 kasus, bulan Februari 27 kasus, Maret 33 kasus dan pada bulan April menurun menjadi 27 kasus. Semoga angka kasus akan terus menurun dengan masyarakat melaksanakan PSN menguras, menutup dan mendaur ulang barang (3M plus)," ujarnya.

Tambahnya, PSN bisa dilakukan warga dengan menguras, menutup dan mendaur ulang barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.

Tak hanya itu, untuk menanggulangi adanya nyamuk Aedes aegypti,  warga juga dapat menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk, memeriksa tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk bahkan menggunakan obat anti nyamuk dan upaya lain untuk meminimalkan potensi adanya perkembangbiakan jentik nyamuk.

2. Kota Jogja belum memiliki standar nasional abs

Kasus DBD di Kota Jogja Naik, Warga Diimbau Gencarkan PSNKegiatan kader DBD dalam melakukan pencegahan dan penelusuran nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)

Menurut Endang, langkah yang dilakukan saat ini belum maksimal dalam memberantas DBD. Hal tersebut dikarenakan Kota Yogyakarta belum memiliki standar nasional angka bebas jentik (abs) dari Kementerian Kesehatan.

“Sebenarnya penyebab utama meningkatnya DBD adalah mobilitas masyarakat itu sendiri. Namun karena keterbatasan kami yang belum memenuhi standar nasional atas ABJ dimana standar dengan nilai 95, Kota Yogyakarta memiliki nilai 70-80 maka peran PSN ini menjadi efektif dan efisien untuk mengurangi jentik nyamuk,” jelas Endang.

Ia menyebutkan, sampai saat ini kasus DBD yang banyak ditemui berada di Kelurahan Pandeyan dan Kelurahan Pakuncen. Pihaknya berharap, adanya penyebaran nyamuk berwolbachia sebanyak 83  persen di Kota Yogyakarta juga dapat menekan angka kasus DBD.

“Walaupun naik tahun ini, kasus DBD di Kota Yogyakarta tidak terlalu banyak. Saya berpesan, jangan mengandalkan penyebaran nyamuk berwolbachia tapi rutin lakukan PSN. Sehingga Kota Yogyakarta menjadi kota yang bersih dan sehat,” ungkapnya.

Baca Juga: Kesehatan Reproduksi Meningkat, Indeks Ketimpangan Gender DIY Membaik 

3. Gejala DBD dan upaya puskesmas

Kasus DBD di Kota Jogja Naik, Warga Diimbau Gencarkan PSNIlustrasi layanan di Puskesmas. (Dok. Istimewa)

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Kraton Yogyakarta, Agung Suryanto Budiraharjo, menyebutkan kasus Demam Dengue (DF) atau demam berdarah di wilayahnya juga mengalami peningkatan. Umumnya, demam berdarah akan dimulai dengan demam tinggi hingga 40 derajat Celcius yang biasanya berlangsung selama 2-7 hari. Pada fase ini juga disertai dengan nyeri pada tubuh, termasuk otot, tulang, sendi, tenggorokan, kepala. Selain itu, akan muncul juga bintik-bintik kemerahan di kulit selama fase ini.

Pihaknya mengungkapkan, sejak awal tahun 2024, ditemukan kasus DF sebanyak sembilan kasus, satu di antaranya berdomisili luar kota. Selain itu, untuk Demam Berdarah Dengue (DHF) ada tiga kasus.

“Semoga dengan kasus DBD yang ada saat ini, masyarakat ikut berperan aktif dalam pencegahan demam berdarah dengan PSN 3M Plus. Sehingga peran masyarakat sangatlah penting dalam menekan angka DBD di Kota Yogyakarta,” ujarnya.

Selaras dengan Puskesmas Kraton Yogyakarta, Kepala Puskesmas Kotagede II, Yusnita Susila Astuti, rutin mengajak warga melakukan PSN bersama tim penanggulangan DBD.

“Kami melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) 1x24 jam setelah menerima Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) untuk mencegah penularan dan penyebaran DBD. Selain itu, kami juga melakukan larvasidasi dengan membagikan abate pada tempat-tempat yang terdapat genangan air dan punya potensi untuk tempat berkembang biak nyamuk serta membagikan leaflet pencegahan DBD pada warga,” ungkapnya.

Baca Juga: Bursa Pilwakot Kota Yogyakarta: Putri Amien Rais hingga Pj Wali Kota

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya