Jangan Anggap Remeh Kedutan Mata, Ini Risiko yang Bisa Terjadi    

Bisa menjadi awal dari gangguan syaraf Hemifacial Spasm

Sleman, IDN Times - Kedutan pada mata sering dianggap remeh, terkadang kedutan  dihubungkan dengan mitos seseorang sedang menjadi bahan pembicaraan. Padahal kedutan bisa menjadi awal dari gangguan syaraf Hemifacial Spasm atau wajah merot.

Kondisi tersebut bisa menurunkan kualitas hidup penderita, jika tidak ditangani sesegera mungkin. Wajah merot pada penderita Hemifacial Spasm (HFS) disebabkan terjadinya perlengketan antara saraf nomor tujuh yang berfungsi mengatur gerakan wajah dengan pembuluh darah pada otak. Akibatnya gerakan pada wajah menjadi tidak terkendali.

Tim dokter ahli bedah saraf dari Kortex Brain and Spine berhasil melakukan live surgery bedah saraf terhadap pasien bernama Pinky (25), penderita wajah merot dari Bandung, di RS “JIH” Yogyakarta, Sabtu (3/12/2022).

Operasi merupakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) ini sekaligus untuk menandai soft opening Clinic JIH Kortex yang hadir untuk melayani penanganan dan penyembuhan gangguan pada otak, saraf, dan tulang belakang.

1. Teknik operasi lubang kunci

Jangan Anggap Remeh Kedutan Mata, Ini Risiko yang Bisa Terjadi    Tim dokter ahli bedah saraf dari Kortex Brain and Spine. (Dok.Istimewa).

Konsep Physician Network yang diusung oleh Kortex tidak hanya mengintegrasikan jejaring dokter, namun juga layanan klinik medis dengan layanan non-medis. Strategi itu dapat mengeliminasi kendala-kendala agar pelayanan kesehatan dapat diterima oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia dan juga luar negeri.

Untuk memulihkan agar gerakan wajah normal kembali, tim dokter ahli dari Kortex melakukan operasi di area batang otak Herlina menggunakan proses medis microvascular decompression (MVD) dengan teknik operasi lubang kunci atau keyhole surgery.

Operasi dilakukan dengan bantuan mikroskop khusus dan alat-alat monitoring di kamar operasi. Semua tindakan bisa disaksikan langsung di monitor TV oleh keluarga penderita dan juga bisa berdialog langsung dengan tim dokter (live surgery). “Waktu operasi jadi lebih pendek hanya 70 menit dan memperpendek waktu rawat inap di rumah sakit,” terang salah satu tim bedah saraf, dr. Dian Prasetyo.

Dengan demikian, dalam proses operasi saraf ini tidak diperlukan lagi melakukan pembukaan batok kepala, cukup membuat lubang kecil diameter satu sentimeter di belakang telinga pasien.

2. Informasi dan edukasi

Jangan Anggap Remeh Kedutan Mata, Ini Risiko yang Bisa Terjadi    Tim dokter ahli bedah saraf dari Kortex Brain and Spine. (Dok.Istimewa).

Melalui lubang kecil seukuran lubang kunci inilah tim dokter ahli Kortex memisahkan saraf nomor tujuh dengan memasang serabut teflon agar tidak lengket dengan pembuluh darah.

Lewat live surgery juga berguna untuk memberikan informasi dan edukasi tambahan kepada dokter di Indonesia dalam melaksanakan operasi bedah saraf dengan risiko sangat minim.

“Juga untuk menghilangkan kesan di masyarakat bahwa melakukan operasi saraf itu sangat berbahaya,” kata dokter penanggung jawab operasi, dr. Rachmad Andi.

Baca Juga: 5 Cara Menangis yang Sehat dan Melegakan, Bikin Plong!

3. Telah melakukan operasi sebanyak 4.825 kali

Jangan Anggap Remeh Kedutan Mata, Ini Risiko yang Bisa Terjadi    Tim dokter ahli bedah saraf dari Kortex Brain and Spine dan Presiden Direktur JIH Yogyakarta. (Dok.Istimewa).

Kortex Brain Spine telah melakukan operasi sebanyak 4.825 kali. Kasus yang ditangani antara lain Trigeminal Neuralgia (nyeri gigi dan separuh wajah), Hemifacial Spasm (wajah merot), Spondylosis Leher (saraf terjepit leher), Spondylosis Pinggang (saraf terjepit pinggang), tumor otak, stroke, dan lainnya.

Layanan Kortex Brain Spine dilakukan oleh tim dokter dengan kompetensi tinggi, berpengalaman, dan berkomitmen unt uk kesembuhan pasien. Didukung oleh komunitas Brain & Spine Indonesia yang telah memiliki lebih dari 45.000 anggota dan berkantor di Surabaya dan di Hongkong.

"Rumah Sakit JIH Yogyakarta sudah mampu memberikan layanan tersebut, sehingga pasien tidak perlu jauh jauh dan membutuhkan biaya besar untuk mendapatkan penanganan masalah dibagian saraf, otak, dan tulang belakang," ujar Presiden Direktur Rumah Sakit “JIH” Yogyakarta, dr. Sari Kusumastuti.

Baca Juga: Mengenal RISHA, Rumah Instan Sehat untuk Korban Gempa Cianjur

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya