Forum Cik Di Tiro Apresiasi Gerakan  Demokrasi: Terus Dijaga!

Kesadaran kolektif di Jogja sudah terbentuk

Intinya Sih...

  • Prof. Masduki menekankan pentingnya mengawal demokrasi dan mengapresiasi gerakan di kampus atau masyarakat yang merawat demokrasi.
  • Gerakan kecil di kampus menunjukkan ruang semesta bagi aksi publik, terutama di Jogja, sebagai respons terhadap pelemahan demokrasi.
  • Pelembagaan politik dinasti dan pelanggaran etika dalam berdemokrasi oleh Presiden Jokowi menjadi keprihatinan utama yang mempersatukan berbagai pihak.

Yogyakarta, IDN Times - Inisiator Forum Cik Di Tiro, Prof. Masduki menyebut gerakan untuk mengawal demokrasi harus terus dilakukan. Ia mengapresiasi gerakan di kampus atau elemen masyarakat yang terus merawat demokrasi.
 
“Akan kawal terus (demokrasi/ pemerintah). Kalau ada pemicu kecilnya yang dilakukan Jokowi atau DPR, aksi besar akan muncul dengan sendirinya. Modal sosial, kesadaran kolektif sudah ada,” ucap Prof. Masduki, Senin (26/8/2024).

1. Gerakan-gerakan kecil harus terus dijaga

Forum Cik Di Tiro Apresiasi Gerakan  Demokrasi: Terus Dijaga!Massa aksi Jogja Memanggil juga sempat menggelar teatrikal di depan Gedung Agung Yogyakarta. Mereka melempar foto Jokowi dan keluarga dengan telur. (IDN Times/Herlambang Jati)

Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) itu mengapresiasi gerakan-gerakan yang muncul di lingkup kecil, seperti di kampus yang mengkritisi keadaan bangsa. “Menarik, Forum Cik Di Tiro waktu konsilidasi penyatu komitmen, tapi teman-teman kembali ke komunitas masing-masing bergerak,” ucap Prof. Masduki.
 
Diungkapkan Masduki, munculnya gerakan kecil di lingkup kampus menunjukkan ruang semesta bagi aksi publik. “Aksi publik baru mulai, tidak hanya terkonsentrasi. Misal akan ada aksi (besar) lagi, tetapi juga harus muncul di kampus terpisah sendiri, sehingga Jogja jadi ruang semesta bagi aksi publik,” ungkapnya.

2. Ikatan kesadaran ada pelemahan demokrasi

Forum Cik Di Tiro Apresiasi Gerakan  Demokrasi: Terus Dijaga!Salah satu peserta aksi Jogja Memanggil membakar dan merobek foto Jokowi. (IDN Times/Herlambang Jat)

Gerakan sosial yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, karena ikatan kesadaran ada pelemahan demokrasi, kemunduran demokrasi yang ekosistemnya sangat luas. Pertama tampak yaitu pelemahan struktur politik, misal partai politik, pelemahan penyelenggara negara.
 
“Jadi yang kita lihat itu istilahnya ada problem besar tentang kebebasan sipil, mengalami penurunan luar biasa. Nah itu bisa tampak dari politik benar-benar dikendalikan oleh rezim Jokowi,” ungkapnya.
 
Ia juga melihat masyarkat sipil mengalami pelemahan, karena secara sistematis ada yang masuk di kekuasaan, dan ada sebagian yang di luar kekuasaan. “Jadi ada polarisasi di masyarakat,” ungkap Prof. Masduki.

Baca Juga: Rektor UII Baca Puisi Sak Karepmu di Tengah Aksi Jogja Memanggil

3. Terjadi penguatan politik dinasti

Forum Cik Di Tiro Apresiasi Gerakan  Demokrasi: Terus Dijaga!Gabungan elemen masyarakat menggelar aksi Jogja Memanggil, di Yogyakarta, Kamis (22/8/2024). Mereka menuntut Presiden Joko Widodo (Jokowi) mundur. (IDNTimes/Herlambang Jati)

Selain itu, satu tahun terakhir terjadi penguatan politik dinasti, pelanggaran etika dalam berdemokrasi oleh Presiden Jokowi. Seperti halnya memaksakan Gibran menjadi Wakil Presiden, kemudian berlanjut upaya mendorong Bobby Nasution menjadi Gubernur Sumatera Utara, dan ada upaya mendorong Kaesang Pangarep maju dalam Pilkada.
 
“Di situ secara sadar, Jokowi melakukan pelanggaran etik dengan menunjukkan bagaimana dia menerapkan politik kekeluargaan. Politik yang mementingkan pribadi, daripada publik. Ada satu simpul kecil yang mempertemukan berbagai pihak dalam keprihatinan itu,” ungkap Prof. Masduki.

Baca Juga: [BREAKING] Gempa 5,8 M Terjadi di Jogja, Warga Mendengar Suara Keras

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya