Candi Kalasan: Sulitnya Merawat Candi Buddha Tertua di DIY
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X menyebut pelestarian Candi Kalasan yang berada di Sleman bukan perkara yang mudah. Upaya pelestarian candi Buddha tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut perlu penanganan khusus.
Pamong Budaya Ahli Madya Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, Septi Indrawati menjelaskan untuk pemugaran Candi Kalasan memerlukan proses yang panjang. Harus ada kajian studi kelayakan, studi teknis yang melibatkan berbagai ahli.
1. Pelibatan berbagai pakar
Tidak hanya perlu melibatkan ahli arkeologi, namun juga ahli teknik, ahli kimia, ahli kimia, ahli hidrologi, dan ahli tanah. Kajian disebut sudah banyak, dari tahun 1990 observasi untuk konservasi juga telah dilakukan setiap tahunnya. Termasuk per 5 tahun dilakukan pengukuran stabilitas untuk mengetahui kondisi struktur bangunan, apakah terjadi kemiringan atau tidak.
Bahkan, pemugaran sempat dilakukan oleh Belanda pada tahun 1930-an. Namun, pemugaran tersebut menyisakan permasalahan. Banyak bagian atap yang tidak ditemukan.
"Mungkin Belanda dulu juga ada penggunaan semen. Ketika membuat sungkup bagian atas, lapis tujuh atau berapa ada rabat semen, banyak berpengaruh pada proses penggaraman," kata Septi, seusai talk show Mengungkap Mitos, Sejarah dan Pelestarian di Candi Kalasan, Minggu (11/6/2023).
2. Perubahan lingkungan candi
Perubahan kondisi di kawasan Candi Kalasan seiring waktu berjalan juga cukup berpengaruh. Lambat laun, lokasi Candi Kalasan juga menjadi tempat yang semakin rendah, karena ada permukiman, pembangunan jalan, dan sebagainya. "Tempat kumpul air di sini, air sulit mengalir ke luar," ujarnya.
Saat disinggung apa akan pemugaran secara total, Septi menyebut untuk saat ini belum ada rencana ke arah sana. "Kalau total sementara belum berani, tapi kami berupaya mengatasi masalah dulu. Sementara air agar tidak masuk, sudah teratasi, sungkup sudah rapat," kata Septi.
Baca Juga: Info Wisata Candi Ijo Jogja, Letaknya di Atas Bukit
3. Masih adanya vajralepa
Anggota Komunitas Kandang Kebo, Ancha Yosi, menjelaskan candi yang dibangun pada tahun 778 Masehi ini cukup unik. Candi Kalasan masih memiliki vajralepa yang merupakan lapisan luar pelapis batu. Meski begitu, vajralepa ini juga menjadi tantangan tersendiri untuk proses pemugaran atau pelestarian.
Hingga saat ini formulasi vajralepa yang sama belum ditemukan. Menjadi pertanyaan juga apakah diperbolehkan mengorbankan vajralepa. Secara pribadi, ia berpandangan akan lebih baik, dibiarkan apa adanya dulu.
"Cuma diperkuat saja, kalau bongkar total kehilangan penempatan seperti apa. Apalagi banyak batu yang hilang, kalau bongkar total, kita harus menemukan dari awal paling bawah hingga atas," ungkapnya.
Baca Juga: Sri Sultan HB X dan HB IX Terima Anugerah Adhibakti Sanapati