Anak Muda Digandeng Buat Perubahan di Dunia Pendidikan Indonesia

Kepedulian sosial anak muda perlu ditingkatkan

Intinya Sih...

  • Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) inisiasi Gerakan Turun ke Sekolah (GTS) untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia.
  • Anak muda dihadapkan pada tantangan gap sosial dan spiritual akibat dominasi media sosial dan informasi yang melimpah.
  • Kurikulum merdeka belajar belum optimal, perlu penguatan kepedulian sosial, dan kegiatan bagi anak muda untuk mengurangi kesenjangan sosial dan spiritual.

Sleman, IDN Times - Pendidikan di Indonesia dinilai masih banyak yang perlu dibenahi, untuk melahirkan generasi muda yang juga punya kepedulian sosial. Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) membuat inisiasi Gerakan Turun ke Sekolah (GTS) sebagai wadah anak muda untuk ikut berkontribusi dalam perubahan pendidikan di Indonesia, dengan cara turun ke sekolah.

“GSM ini salah satu tujuannya ingin mengubah gaya pendidikan yang baru di Indonesia. Pendidikan yang memanusiakan, setara. Penggeseran budaya ini membutuhkan guru-guru sebagai kurikulum itu sendiri, dalam melaksanakan,” ujar Founder GSM, Muhammad Nur Rizal, di Ayem-ayem Coffee, Sleman, Sabtu (3/8/2024).

1. Sejumlah persoalan anak muda dan dunia pendidikan

Anak Muda Digandeng Buat Perubahan di Dunia Pendidikan Indonesiailustrasi sekolah (unsplash.com/Ed Us)

Rizal mengungkapkan anak muda adalah output dari pendidikan itu sendiri. Anak muda bisa mengarahkan pendidikan saat ini untuk fokus pada outcome. Dirinya menyoroti ada sejumlah persoalan besar yang dihadapi anak muda ke depan. 

Tantangan tersebut seperti halnya ketika sosial media mendominasi kehidupan anak muda. Persoalan gap sosial dan spiritual dihadapi, di tengah melimpahnya informasi yang tumpah ruah.

“Membuat anak muda kehilangan arah, terhadap jati dirinya, karena dunia menjadi desa yang sangat global, atau global village. Gak ada batas-batas, karena yang merekatkan mereka adalah teknologi internet,” ujar Rizal.

Rizal mengatakan hilangnya jati diri pada anak muda ini akan mengakibatkan anak muda kehilangan eksistensi dan kemampuan untuk mengendalikan diri. “Kita lihat di TikTok yang viral, flexing anak muda kaya raya. Kemudian ada anak muda di desa tidak punya apa-apa. Ini kesenjangan sosial, akibatnya polarisasi keterbelakangan. Akan mudah dimanfaatkan untuk kepentingan politik,” ungkap Rizal.

Rizal melanjutkan masalah lainnya kesenjangan spiritual. Adanya gap antara diri anak muda dengan dirinya sendiri. “Antara dirinya saat ini, dengan dirinya di masa depan ada gap. Kenapa? Karena jati dirinya hilang, eksistensi dirinya hilang, sebagai global village tadi,” ungkapnya. 

Kondisi yang ada akan semakin parah, Ketika dunia pendidikan kurang kritis dalam mengajarkan cara berpikir, untuk bisa memilah, memaknai, merefleksi diri. Anak muda akan semakin tidak eksis di tengah-tengah perubahan dunia yang sangat pesat.

2. Perlu penguatan kepedulian sosial

Anak Muda Digandeng Buat Perubahan di Dunia Pendidikan IndonesiaFounder GSM, Muhammad Nur Rizal. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Rizal mengatakan perlu adanya penguatan kepedulian sosial, memperbanyak kegiatan bagi anak muda. Anak muda harus menyadari juga ada anak muda lainnya yang jauh kurang beruntung. Dengan begitu, gap sosial dan gap spiritual yang ada akan semakin mengecil.

“Caranya turun ke sekolah, ke sekolah biasa, sekolah rakyat. Bukan ke sekolah internasional, kalau ke sekolah internasional gapnya makin lebar. Sehingga mereka akan merasa beruntung, merasa ikhlas. Kesenjangan spiritual, sosial itu akan turun. Dia akan menemukan kebermaknaan. Ketika menemukan kebermaknaan ini, ini akan membuat anak muda eksistensinya akan meningkat,” ujar Rizal.

Rizal melanjutkan kebermaknaan ini harus diisi dengan arah yang lebih jelas. Sehingga anak muda akan semakin konsisten. Ketika persoalan dirinya sudah selesai, dia membutuhkan masa depan baru. Sehingga mereka merasa menjadi pemimpin masa depan, tidak hanya pemimpin dirinya saat ini.

Baca Juga: Rasa Malas Melanda Mahasiswa, Jasa Joki Skripsi Laris Manis

3. Tantangan para siswa, pendidikan saat ini

Anak Muda Digandeng Buat Perubahan di Dunia Pendidikan Indonesiailustrasi pendidikan/pexels.com/@pixabay

Salah satu siswa SMAN 2 Magelang, Andrea mengaku kurikulum merdeka belajar saat ini belum optimal untuk generasi muda. "Kurikulum merdeka belum cukup," ungkap Andrea.

Ia memberi contoh seperti halnya saat siswa diminta memilih topik pembelajaran. Seharusnya guru bukan benar-benar membebaskan siswanya. Perlu adanya pendampingan, karena siswa yang ada juga akan merasa kebingungan tanpa pendampingan.

Salah satu mahasiswa dari UNU Jogja yang juga mengikuti GTS, Ilham Ramdani menceritakan saat turun di Gunungkidul, ada banyak hal yang ia dapat, dan coba ia berikan ke sekolah. Pihaknya berupaya membuat belajar yang menyenangkan. "GTS menjadi loncatan untuk memahami keadaan pendidikan saat ini," kata dia.

Baca Juga: UGM Ancam Keluarkan Mahasiswa Jika Gunakan Joki Skripsi

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya