Massa baru diperbolehkan masuk ke Gedung DPRD DIY sekitar pukul 11.30. Di aula bangunan itu, mereka kembali secara silih berganti melakukan orasi. Diikuti dengan nyanyian 'Darah Juang' dan memekikkan yel-yel yang salah satunya berbunyi 'Jokowi-JK Rezim Pinocchio'.
Koordinator Aksi G24S, Muhammad Sahran, mengatakan aksi ini sendiri memang terwujud sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi dan Jusuf Kalla.
"Ketika Jokowi-JK memenangkan kontestasi pemilu 2014, Jokowi kemudian membuat suatu keputusan berupa paket kebijakan ekonomi jilid 1-16, yang mana memberikan pintu masuk investasi modal, terutama bagi negara-negara imperialis," jelasnya.
"Lewat Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) disempurnakan lewat proyek strategis nasional melanjutkan Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, dengan melancarkan pembangunan infrastruktur secara masif merampas sumber daya alam dan tanah rakyat," sambung dia.
Padahal, di saat bersamaan, berbagai regulasi undang-undang yang tak berpihak ke rakyat juga mulai gencar disahkan. Seperti RUU Pertanahan, RKUHP, UU KPK, RUU Ketenagakerjaan yang menunjukkan pemerintah kian memihak kaum pemodal. Dan di satu sisi membungkam demokrasi rakyat.
Belum lagi soal banyaknya konflik disertai kekerasan yang terus bertambah kian harinya. "Pada tahun 2014 tercatat terjadi 472 kasus kekerasan, tahun 2015 terjadi 252 kasus, 2016 terjadi 450 konflik, lalu pada tahun 2017 terjadi 659 konflik agraria," katanya.
Ratusan konflik ini terjadi baik di pedesaan maupun perkotaan. Di mana, menurutnya tak ada penyelesaian ataupun pemulihan hak.