Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi sapi.(IDN Times/Daruwaskita)
Ilustrasi sapi.(IDN Times/Daruwaskita)

Bantul, IDN Times - Pedagang hewan kurban di Bantul mengakui kesulitan untuk mendatang hewan kurban khususnya sapi dari Kabupaten Gunungkidul. Para pedagang harus membeli sapi sejak puasa sejak puasa.  

Salah satu pedagang hewan kurban sapi, Suwardi mengaku untuk mendapatkan dagangan 60 ekor sapi, ia sudah membeli sapi sebelum bulan puasa di pesisir pantai selatan Gunungkidul seperti Rongkop hingga Sadeng.

"Jadi untuk mendapatkan stok sapi untuk kurban, saya harus membeli jauh-jauh hari dan melakukan penggemukan hingga dua atau tiga bulan sebelum dibeli oleh para sohibul," ucapnya, Rabu (29/5/2024).

 

1. Pedagang lakukan sistem barter

Salah satu pedagang hewan kurban khususnya sapi, Suwardi.(IDN Times/Daruwaskita)

Pedagang sapi di Kabupaten Bantul memilih menggunakan sistem barter untuk mendapatkan sapi karena harga ternak kurban sudah tinggi.
Merebaknya penyakit mulut dan kaki, atau lato-lato beberapa waktu lalu membuat peternak enggan untuk memelihara sapi. Kondisi ini membuat stok sapi berkurang sehingga pedagang sapi kesulitan mendapatkan dagangan.

Selain itu, kini banyak takmir masjid yang langsung membeli hewan kurban ke peternak, sehingga menyulitkan pedagang sapi.

"Kalau dulu itu satu ekor sapi di kisaran harga Rp16 juta saat ini sudah tembus Rp19 juta bahkan di atas Rp20 juta. Kami para pedagang kesulitan untuk menjualnya lagi ketika harga dari peternak sudah tinggi," ucap salah satu pedagang sapi di Bantul, Suwardi.

2. Banyak pesanan tak terpenuhi

Lokasi penampungan hewan kurban.(IDN Times/Daruwaskita

Suwardi menjelaskan agar tetap mendapatkan dagangan sapi dari peternak, barter sapi pejantan dewasa dengan sapi anakan atau pedet terpaksa dilakukan. Pedagang nantinya membayar selisih harga dari sapi pejantan dewasa dengan harga pedet.

"Kalau tidak pakai sistem barter, petani akan melepas harga sapi dewasa dengan harga yang tinggi namun dengan sistem barter peternak tak bingung membeli pedet untuk dipelihara hingga dewasa," ujar warga Kalurahan Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul ini.

"Dengan sulitnya mendatangkan sapi untuk kurban akhirnya banyak pesanan yang tidak bisa dipenuhi. Ya harganya sudah tinggi sekali dari peternak," ungkapnya.

3. Harga sapi dari peternak tinggi

Salah satu lokasi penampungan hewan kurban di Kalurahan Tirtonirmolo Kapanewon Kasihan Kabupaten Bantul.(IDN Times/Daruwaskita)

Pedagang hewan kurban lainnya di Kalurahan Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Suroyo mengakui bahwa banyak takmir masjid di Yogyakarta yang langsung membeli sapi kurban langsung ke peternak di Gunungkidul. Kondisi ini berdampak pada kenaikan harga sapi kurban jelang Idul Adha.

"Jadi kalau harga sapi sudah tinggi dari peternak maka pedagang sapi kurban juga kesulitan untuk menjualnya. Kalau harga tinggi juga tidak laku," ujarnya.

"Ya sebenarnya stok sapi kurban dari Gunungkidul itu banyak tapi harganya sudah tinggi dari peternak. Sapi dari Madura juga banyak tetapi ketika disembelih dagingnya tidak sebanyak sapi lokal dengan harga sapi yang sama," ucapnya.

Menurut Suroyo, dari 61 ekor sapi di lokasi penampungan saat ini sudah 45 ekor yang lalu dijual. Hewan-hewan itu tinggal mengirimkan kepada sohibul saat akan disembelih saat Iduladha yang akan datang. Masih ada sisa sekitar 21 ekor sapi yang sampai hari ini belum laku dijual.

"Paling banyak sohibul membeli sapi dengan kisaran harga Rp24 juta hingga Rp 26 juta namun ada juga yang membeli sapi dengan harga Rp32 juta," ujarnya.

4. Pantau kesehatan hewan kurba

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, Joko Waluyo.(IDN Times/Daruwaskita)

Sementara Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, Joko Waluyo mengatakan pihaknya terus memantau kesehatan hewan di lokasi penampungan hewan kurban di wilayah Bumi Projotamansari. Sejauh ini belum ditemukan hewan korban yang mengalami sakit. 

"Kami imbau kepada pedagang hewan untuk mengkarantina hewan kurban yang baru saja datang atau dipisah dengan hewan kurban yang telah ada sebelumnya untuk antisipasi penularan penyakit," tandasnya.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team